Sunday, 21 November 2021

Sepenggal Cerita Rantauan Patani

 

Sepenggal Cerita Rantauan Patani

Oleh : Ismaal Dereh

Dimulai dari perjalanan dimana saya tumbuh besar di wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman yang biasa kita sebut dengan merantau. Tindakan ini merupakan satu langkah lebih maju dibandingkan orang-orang yang menetap di daerahnya. Perjuangan hidup di negeri orang bukanlah sebuah tindakan yang dapat diambil oleh semua orang. Oleh karena itu tak sedikit dari mereka berbangga hati dengan julukan anak perantau. 

Hari dimana menjalani berbagai hal di Indonesia tepatnya di Salatiga yang mana kota Salatiga ini menjadi kota paling bertoleransi. Saya menjalani program di instansi IAIN Salatiga jurusan Bahasa dan Sastra Arab, yang dimana salah satu program nya ada KKL atau Kuliah Kerja Lapangan. Di tahun ini giliran saya atau angkatan kami 2019 menjalani program tersebut. Kami KKL di JATIM (Jawa Timur).

Selama tiga hari kita menjalani kegiatan KKL kami pun diberi sebuah reward yaitu menikmati indah pemandangan gunung bromo. Dimana Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur.

    Gunung Bromo tidak hanya menawarkan pemandangan yang indah, Kawasan wisata gunung bromo juga memiliki berbagai acara kebudayaan yang membuatnya menjadi semaki lengksp untuk menarik wisata local maupun wisata asing, salah satu tradisi dan budaya yang berada di gunung bromo ada upacara Kasodo, Upacara kasodo adalah upacara tahunan yang selalu diselenggarakan oleh masyarakat asli Tengger. Upacara ini selalu diadakan setiap bulan Desember atau Januari. Kasodo atau Kasada merupakan ucap syukur yang dilakukan oleh masyarakat Tengger kepada Sang Hyang Widi.

            Dengan adanya upacara ini, masyarakat sekitar meminta panen yang melimpah dan kesembuhan untuk segala macam penyakit. Di sisi lain, mereka memberikan persembahan kepada dewa yang dilempar ke kawah Gunung Bromo.Orang-orang yang memberikan persembahan tersebut harus turun ke tebing dan sekitar kawah untuk menangkap persembahan dari bawah, hal ini adalah simbol dari sebuah berkah dari Yang Mahakuasa. Perebutan persembahan ini pula menjadi daya tarik interaktif, yang menantang dan menakutkan, karena cukup bahaya jika terpeleset dan jatuh ke dalam kawah.

 

 

 

No comments:

Post a Comment

Kegiatan Rutin Khotmil Qur'an Di Lingkungan Kampus 2 UIN Salatiga

Salatiga- Selasa pagi, tanggal 25 Febuari 2025, Masjid At-Thoyyar yang terletak di kampus 2 UIN Salatiga ramai dengan antusias mahasiswa un...