Sepenggal Cerita Rantauan Patani
Oleh : Ismaal Dereh
Dimulai dari perjalanan dimana saya tumbuh besar di wilayah lain
untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman yang biasa kita sebut dengan
merantau. Tindakan ini merupakan satu langkah lebih maju dibandingkan
orang-orang yang menetap di daerahnya. Perjuangan hidup di negeri orang
bukanlah sebuah tindakan yang dapat diambil oleh semua orang. Oleh karena itu
tak sedikit dari mereka berbangga hati dengan julukan anak perantau.
Hari dimana menjalani berbagai hal di Indonesia tepatnya di Salatiga
yang mana kota Salatiga ini menjadi kota paling bertoleransi. Saya menjalani program
di instansi IAIN Salatiga jurusan Bahasa dan Sastra Arab, yang dimana salah
satu program nya ada KKL atau Kuliah Kerja Lapangan. Di tahun ini giliran saya
atau angkatan kami 2019 menjalani program tersebut. Kami KKL di JATIM (Jawa
Timur).
Selama tiga hari kita menjalani kegiatan KKL kami pun diberi sebuah
reward yaitu menikmati indah pemandangan gunung bromo. Dimana Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut
dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo,
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung
Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur.
Gunung Bromo tidak hanya menawarkan pemandangan yang indah, Kawasan
wisata gunung bromo juga memiliki berbagai acara kebudayaan yang membuatnya
menjadi semaki lengksp untuk menarik wisata local maupun wisata asing, salah
satu tradisi dan budaya yang berada di gunung bromo ada upacara Kasodo, Upacara
kasodo adalah upacara tahunan yang selalu diselenggarakan oleh masyarakat asli Tengger.
Upacara ini selalu diadakan setiap bulan Desember atau Januari. Kasodo atau
Kasada merupakan ucap syukur yang dilakukan oleh masyarakat Tengger kepada Sang
Hyang Widi.
Dengan adanya
upacara ini, masyarakat sekitar meminta panen yang melimpah dan kesembuhan
untuk segala macam penyakit. Di sisi lain, mereka memberikan persembahan kepada
dewa yang dilempar ke kawah Gunung Bromo.Orang-orang yang memberikan
persembahan tersebut harus turun ke tebing dan sekitar kawah untuk menangkap
persembahan dari bawah, hal ini adalah simbol dari sebuah berkah dari Yang
Mahakuasa. Perebutan persembahan ini pula menjadi daya tarik interaktif, yang
menantang dan menakutkan, karena cukup bahaya jika terpeleset dan jatuh ke
dalam kawah.
No comments:
Post a Comment