Monday, 20 December 2021

Jalan Memetik Impian

 Oleh: Ngakidatul Hikmah_BSA’18


“Setiap impian berhak dimiliki semua orang dan untuk seluruh kalangan. Impian bukan untuk diri sendiri melainkan untuk menebar manfaat kepada banyak orang. Impian untuk Allah dan karena Allah. Tak ada yang tidak mungkin asalkan kita mau berusaha dan selalu melibatkan Allah”.

Perkenalkan gadis keturunan ngapak, tepatnya di Kota Kebumen memiliki nama Aisyah Nur Saputri, biasa dipanggil dengan sebutan Aisyah. Nama pemberian orang tua, agar kelak bisa seperti Dewi Aisyah istri baginda Nabi Muhammad SAW. Hadir menjadi aktris didunia dengan skenarioNYA yang penuh makna pada hari jumat manis, 22 September 2000 dari pasangan suami istri Moh. Damami dan Siti Khuriyah. Menjadi adik sekaligus kakak dari saudara laki- lakiku yang bernama Moh. Khoirul Anam dan saudara perempuanku bernama Atini Rodlotul Khulashoh

Sebagai manusia tentu pernah merasa dirinya gagal, dan dirundung nestapa, begitu pula denganku. Namun kita tak bisa terus terpuruk dalam kesedihan dan tak mau mencobanya lagi. Belajar ikhlas menerima kegagalan dan bangkit dari keterpurukan.

"Manusia itu memiliki potensi dan kesempatan yang sama pula. Maka jangan menyerah untuk terus berusaha mendapatkan yang terbaik."

 Dulu kata- kata ini terdengar biasa ditelingaku, hanyalah angin yang berhembus melintas dr telinga kanan ke kiri. Pernah aku menyerah karena tak bisa menerima takdir karena tak lolos masuk kategori mahasiswa peraih beasiswa bidikmisi. Beasiswa yang sejak dulu kuimpikan, namun kali ini kugagal memperolehnya. Sedih dan kecewa selalu kurasakan setiap melihat beberapa temanku yang lolos memperoleh beasiswa.

Tepat dihari itu, hari dimana pengumuman muncul dalam salah satu pemberitahuan WA, saat itu juga kumeneteskan air mata, tak sanggup menahannya hingga tak bisa berkata- kata. Hatiku hancur, melebur dalam impian yang sirna. Harapan tuk dapat membantu beban orang tua seakan sirna. Bahkan untuk sekedar memberi tahu hal ini pada ibuku saja seolah tak sanggup bahkan takut jikalau nanti akan membuatnya kecewa. 

Kuberanikan menghubungi kedua orang tua lewat handphone, kupencet nomor salah satu tetanggaku, yang mana itu juga termasuk nomor HP bapak ibu. Keluarga kami memang mempunyai dua handphone dan itupun dipegang oleh aku dan kakakku untuk kepentingan belajar. Oleh karena itu, tetanggalah yang menjadi penolong kami disaat kami ingin berbagi kabar. 

Aisyah: “Hallo, Assalamu’alaikum…”. (Dengan senyum kuucapkan salam dan kusimpan kesedihan itu rapat- rapat.

Ibu : “Hallo, Wa’alaikumsalam nduk, bagaimana kabarnya?”

Aisyah: “Alkhamdulillah baik bu, ibu bagaimana kabarnya? Aku kangen banget sama kalian”.

Ibu : “Alkhamdulillah, kami juga disini sehat semua sayang. Ehhh bukannya kemarin katanya kamu mau pengumuman yang beasiswa Bidikmisi? Bagaimana hasilnya? (Tersenyum penasaran).

Aisyah: “Ehhh… anu bu…iya kemarin ini baru saja pengumuman, tapi….”(Terbata- bata & berkaca- kaca seolah ingin menangis dipelukan kedua orang tuanya).

  Ibu : “ Tapi apa nduk? (Semakin penasaran dan sedikit tegang)

  Aisyah:“Tapi saya gagal mendapatkan beasiswa Bidikmisiii..” (dengan nada lirih & menumpahkan air matanya)

 

Hening beberapa detik…


  Ibu :“ Alkhamdulillah nduk, tidak apa- apa. Itu tandanya berarti kita masih termasuk golongan orang yang mampu. Mungkin Allah punya skenario yang unik untuk jalan cerita film kehidupan kita. Tetaplah bersyukur, dan jangan patah semangat, toh masih banyak kesempatan beasiswa yang bisa kamu dapatkan”. (Berusaha tenang menanggapinya)

  Aisyah: “Iya sih bu, tapi aku kasihan sama kalian. Pasti setelah ini akan keluar lebih banyak lagi keringat perjuangan kalian untuk membiayai kami. Kami tak sanggup melihatmu pak, bu…”. (Menangis sesenggukan sambil mengusap air mata yang jatuh bah air terjun)

Ibu : “Oh, kalau itu tak usah dipikirkan lagi nduk, itu memang sudah menjadi tugas kami sebagai orang tua. Yang terpenting sekarang kamu mengaji dan kuliah yang bener. Doakan bapak ibu agar selalu diberi kekuatan menjalaninya. Semangat terus ya…

Aiysah: “Iya bu, terima kasih untuk doanya, insyaAllah aku disini akan selalu semangat”. (Sedikit lega dan tenang perasaannya)

Ibu :“Sudah dulu ya, nggak enak sama tetangga kalau kelamaan. Assalamu’alaikum ”. (Mengakhiri pembicaraan dan menutup telephone).

Aisyah : “Iya bu, wa’alaikumsalam Wr. Wb”. (Bangkit dan sedikit tersenyum)

Sangat berat bagi mereka tuk memikul beban ini, bekerja setiap hari , menjadi buruh di sawah orang yang hanya digaji tak seberapa. Namun ibuku selalu berkata pada kami bahwa “ Saiki wayaeh nandur, ngisuk bakale ngunduh hasile (sekarang waktunya menanam, insyaAllah suatu saat akan memetik hasilnya”. Meski mereka tak berpendidikan sampai sarjana, namun semangatnya sangatlah tinggi agar kami bisa mengaji dan kuliah dengan harapan kelak nasib anak- anaknya tak seperti dirinya.

Sebagai mahasiswa aku tidak meminta macam-macam, yang terpenting UKT uang bulanan pondokku terbayarkan itu sudah lebih dari cukup bagiku. Selain itu, impian untuk mempunyai laptop adalah salah satu keinginan terbesarku. Malu rasanya ingin merengek seperti anak kecil dan meminta untuk dibelikan laptop. Sering aku membayangkan betapa enaknya bisa mengerjakan tugas tanpa dihantui sang pemiliknya utk segera mengembalikan laptopnya. Sudah 4 semester ini, aku hanya bisa meminjam. Dan yang namanya mahasiswa, tentu laptop adalah mutiara berharga untuk mengerjakan tugas, makalah, power point, laporan dan lain- lain.

Beberapa beasiswa telah aku coba, namun semuanya masih menunjukan bahwa aku belum lolos, sampai- sampai aku hampir putus asa dan malu karena sudah minta doa restu sama mereka, tapi hasilnya masih kosong. Aku sadar, bahwa sesuatu itu butuh perjuangan dan doa yang lebih kuat lagi. Selalu berjuang dan nikmati prosesnya, mencari dan terus berusaha mencoba berbagai pendaftaran beasiswa yang disediakan dari kampuku IAIN Salatiga.

”Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahuinya,” (QS. AL- Baqarah: 216). 

Ayat yang membuatku seolah tertampar atas semua pikiranku padaMu yang selalu menganggapMu tidak adil kepada setiap hambaNya. Bahkan aku sering kali marah, kecewa, sedih, ngomel dan berakhir dengan kata “putus asa”, padahal apapun hal- hal yang terjadi dan tidak aku sukai itu yang nantinya malah baik bagiku nanti, astaghfirullah maafkan hamba ya Allah…batinku dalam hati.

Hari- hari kujalani dengan ikhlas, jalan kaki kekampus menjadi alternatifku saat itu. Selain agar sehat karena berolahraga juga biar bisa menghemat, uang Rp 4000,00 bolak balik dapat kutabung agar tak s ering meminta uang pada orang tua. Pernah suatu hari, disaat aku pulang ke rumah ibuku pernah bertanya tentang beasiswa.

Ibu : “ Pie nduk wis ono beasiswa meneh po durung? (Bagaimana sayang, apa sudah ada beasiswa lagi? )” aku hanya bisa terdiam dan menunduk, tak sanggup mata ini tuk menatap wajah ibuku yang begitu mengharapkan hal itu.

Aisyah : “Dereng bu, wingi mpun njajal tapi tesih gagal, mangke nek onten beasiswa malih kulo tak daftar bu (Belum bu, kemarin sudah mencoba daftar tapi gagal lagi, nanti kalau sudah ada info dari kampus akan saya coba lagi”.  

Semenjak itu aku selalu memantau dimana ada lowongan beasiswa, disitu pokoknya aku harus ikut daftar. Hingga pada saat itu aku mendengar salah satu dari temanku bahwa di kampus lagi ada pembukaan Beasiswa Kajian Keislaman, beasiswa bersifat umum dan utk semua jurusan. Meski kuota hanya membutuhkan 30 mahasiswa, sangat kecil pula kemungkinan untuk aku dapatkan, namun kesempatan hanya datang sekali dalam seumur hidup& mencoba adalah hal yang terbaik agar kau mengetahuinya.

 “Alkhamdulullah akhirnya ada beasiswa lagi, pokoknya aku harus mencoba mendaftar. Kali ini insyaAllah aku bisa mendapatkannya, bismillah allahumma sholi ‘ala sayyidina muhammad”, gumamku dalam hati. 

Saat itu juga aku langsung mencari hal- hal serta persyaratan apa saja yang dibutuhkan tuk bisa mendapat beasiswa itu, salah satunya adalah meminta surat domosili dari pondok. Betapa terkejutnya waktu itu, saat salah satu pengurus pondok bicara padaku. 

Pengurus: “Dek, mau buat persyaratan beasiswa ya? (tanyanya sambil menyodorkan kertas kecil agar aku segera menulis nama dan jurusan).

Aqid : Iya, doakan ya mb semoga berhasil, memangnya kenapa?

Pengurus: Aamiin, semoga ini menjadi rezekimu dek. Soalnya ini yang meminta surat domisili juga banyak banget nih”.(sambil memperlihatkan tumpukan kertas yang tertera keterangan SURAT DOMISILI)

Aku terkejut bukan main, hampir kebanyakan santri ikut beasiswa ini dan meminta surat yang sama sepertiku, namun aku tetap tak pantang menyerah dan terus berusaha tuk melengkapi beberapa berkas yang diharapkan. 

Semua berkas aku persiapkan dan kuteliti agar tak ada sedikitpun yang kurang atau terlewatkan, tak lupa juga membuat motivation letter tentang data diriku dan bagaiman kondisi keluargaku saat ini. Untaian kata kurangkai menjadi kalimat hingga akhirnya menghasilkan beberapa macam paragraph yang insyaAllah sudah menjadi motivation letter terbagus menurutku. Kuuploud semua berkas dengan dibantu sobatku yang bernama Aulia, masuk kelink yang tersedia dan kukirimkan dengan mengeklik kata KIRIM…. Finish, Alkhamdulullah. 

Menunggu adalah hal yang membosankan, tetapi menunggu kali ini membuat hatiku berdebar tak sabar tuk melihat pengumuman itu. Aku pernah mendengar motivasi dari Wirda Salamah Ulya Mansur, putri Ustadz Yusuf Mansur dan seorang penghafal Al-Qur’an, pendakwah, pengusaha, sekaligus penulis muda dimana dia pernah mengatakan kata yang membuat hatiku tergugah dan tersadar.

“Perbanyaklah bersholawat, sehari 100 kali atau berapa lah dan sebutin apa saja yang menjadi hajatmu serta berdoalah dan pasrahkan semuanya ke Allah. Niscaya hajatmua akan terkabul”. 

Ya mantra ini yang aku coba, membaca shalawat sebanyak mungkin dan berdoa sehabis shalat. Pasrah pada sang pencipta dan menyerahkan hasil kepadanya. Setidaknya kita mau berusaha, tinggal menunggu semoga doa kita terdengar dan dikabulkan. Karena taka da yang tak mungkin bagi Allah SWT, tinggal bagaimana kita meyakini dan ikhlas lillahi ta’ala.

 Hari yang ditunggu- tunggu akhirnya datang juga, namun masih belum ada pengumuman di siakad ataupun pemberitahuan di Grup Lintas Literasi, grup yang berisi mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab serta semua Dosen BSA. “Ah mungkin bukan hari ini deh pengumumannya deh”, gumamku dalam hati. 

Karena terlalu bingung memikirkan, aku melanjutkan tugasku mengerjakan makalah untuk persentasi besok dan alangkah terkejutnya saat tiba- tiba Anis tetangga kamarku memberi tahu bahwa aku menjadi salah satu mahasiswa yang memperoleh Beasiswa Studi Kajian Keislaman. 

Anis : “Mba udah buka pengumunan beasiswa belum?”. (Tanyanya sambil masih mengutak atik handphonenya).

Aisyah: “Belum dek, emang siapa saja nama- nama yang diterima?” (deg-degan dan takut melihat kenyataan kalau missal tak diterima lagi).

Anis: “Coba bentar, kayaknya tadi ada namanya mba terpapang deh. (Melihat sambil meneliti lagi pengumunan yang ia lihat).

Aisyah: “ Mana nis, coba aku pengin lihat”. (Mendekati Anis sambil berdebar hatiku tak karuan).

Sontak aku merasa kaget dan bersyukur, Antara percaya dan tidak, bagaimana tidak, banyak sekali tidak hanya puluhan yang mendaftar namun ratusan dan Alkhamdulillah aku salah satunya. 

Sinta : “Kenapa, kok kamu nangis?” (Penasaran, dan menatapku dalam).

Aisyah: “Aku bahagia dan terharu banget Sin, aku lolos mendapat beasiswa”. (Akupun jatuh kepelukannya sambil menangis sesenggukan masih tak menyangka).

Sinta : “Alkhamdulillah, ini keberuntunganmu sobat, selamat ya. Allah SWT memang telah menyiampakan hadiah yang terindah untuk hambanya yang selalu sabar dan nggak pantang menyerah sepertimu. (Mengelus- elus pundak, sambil mengusap air mata bahagiaku).

Hari ini adalah hari yang berharga bagiku, mengingat dulu aq pernah menangis karena tak lolos beasiswa dan kini Allah menggantinya dengan lebih baik dari itu.

 “Alkhamdulillah akhirnya aku bisa membeli laptop juga” ucapku menahan haru karena bahagia. 

Dunia seakan memeluk erat tubuhku, mendekap dengan hangat dan mengatakan kamu berhasil Aisyah, menggandeng tanganku menuju jalan memetik impian. Apa yang kuinginkan dulu memang tak bisa aku dapatkan, namun sesuatu yang tak pernah kubayangkan sebelumnya seolah kini telah berada didepan mataku. Terima kasih pak, bu, kak, dek, telah mendoakanku sehingga bisa sampai dalam tahap ini, alkhamdulillah. 

“Berpikirlah yang positif, lakukan dan jalani semuanya dengan ikhlas, insyaAllah semuanya akan terasa indah”.



Sunday, 19 December 2021

“SAAT NURANI MENGGUGAT”

 Oleh: Putri Nani_IH’20


“kring,,,kring,,,kring,,,”. Bel tanda masuk setelah istirahat kedua berteriak nyaring memberi tanda kepada kami bahwa saat bermain telah usai. Bunyi bel yang persis seperti bunyi bel sepeda yang biasa ku kendarai saat berangkat dan pulang sekolah itu menggerakanku dan beberapa temanku untuk bergegas dan melesat ke kelas kami masing – masing. Ku lihat beberapa teman sekelasku masih ada yang mengunyah tempe gorengnya, ada yang masih menyedot estehnya, dan beberapa yang lain sudah mulai menyiapkan diri menerima pelajaran ke-7 yaitu IPS.

Tak lama kemudian Pak Son guru IPS kami, memasuki kelasku. Teman-temanku yang belum menyelesaikan makanan dan minumannya, secara reflek memasukan jajan dan minumannya ke laci mereka. Pak Son menyapa kami dengan ucapan salam yang langsung di jawab serentak oleh teman-teman di kelasku. Pelajaran pun di mulai. Kami mendengarkan ceramah dari Pak Son kurang lebih selama 60 menit. Menjelang pulang, Pak Son mengumumkan bahwa besok pagi beliau akan mengadakan ulangan harian. Beberapa anak mulai ribut. Astri bertanya, “Materinya dari bab berapa sampai bab berapa Pak?” Pak Son menjawab “Materinya dari bab 1 sampai bab 3 di tambah latihan soal yang ada di buku LKS (Lembar Kerja Siswa), okay?” semua siswa menjawab serentak dengan wajah lesu “Baik, Pak!”. Setelah itu, berapa anak mulai kasak-kusuk sibuk mengeluh tentang banyaknya materi yang harus mereka pelajari nanti malam.

Tiba – tiba saat kelas masih ribut, lagu “Gelang Sipaku Gelang” mulai berkumandang dan menghentikan keributan di kelasku. “Sebelum pulang, mari kita akhiri pelajaran hari ini dengan do’a terlebih dahulu!” perintah Pak Son. Aku segera berkemas, ku masukkan semua peralatan sekolahku ke dalam tas, ku lihat sekelilingku. Tampaknya teman yang lain pun melakukan hal yang serupa denganku. Dalam hitungan beberapa menit, semuanya sudah siap untuk pulang. “Siap, grak. Berdoa mulai!” ujar ketua kelas memberi aba-aba berdoa. Kami pun serentak menundukkan kepala, mengucapkan doa kami masing-masing. “Selesai, memberi salam!” perintah ketua kelas. Kami mengucapkan salam secara serempak. Pak Son membalas salam kami, setelah Pak Son meninggalkan kelas kami, kami langsung menghambur bagai kelereng di lontarkan dari tempat penyimpanannya. Ada yang melesat bagai anak panah di tembakkan dari busurnya, ada yang berjalan biasa-biasa saja sambil ngobrol dengan temannya, ada yang berjalan gontai tanpa semangat.


“Put, pulang bareng yuk!” ajak Sindi sahabat baikku, saat kami mengambil sepeda di tempat parkiran. “Ayuk!” sahutku. Kami mengendarai sepeda bersisian. Kebetulan rumahku dan rumah Sindi satu jalur. 

Sepanjang jalan pulang, aku tak banyak bicara. Pikiranku berkelindan kesana kemari. Aku memikirkan ulangan IPS besok pagi dan memikirkan kedua orang tuaku yang sibuk bertengkar setiap hari. Dalam hati aku berkata, “Dapatkah nanti malam aku belajar dengan tenang?”. Meski pikiranku melayang-layang, aku dapat merasakan bahwa sesekali Sindi melirik ke arahku. Aku yakin dia ingin menanyakan kenapa aku diam saja, apa yang aku pikirkan, dan sebagainya. Tapi, aku sedang tak ingin bicara. Rupanya Sindi dapat memahami situasiku. Dia urung bertanya ini itu.

Setelah 10 menit ku kayuh sepedaku. Aku berpisah jalan dengan Sindi karena aku sudah sampai di rumah. Aku mealambai kepada Sindi yang terus mengayuh sepedanya.

“Assalamu’alaikum” ucapku saat masuk rumah. Aku tidak menyangka salamku di jawab dengan kompak oleh Ayah dan Ibuku yang sedang duduk-duduk di ruang tamu. Dalam hati aku berkata sinis, “Kalian tidak bisa membohongi anakmu ini, Ayah, Ibu. Putri sudah tau yang sebenarnya. Setiap malam kalian selalu bertengkar. Kalian pikir, Putri tidak mendengarkan pertengkaran itu?”

Aku menyembunyikan perasaan sedihku di sudut hatiku yang terdalam. Di hadapan mereka aku selalu mencoba untuk tersenyum. Ku salami keduanya dan kucium tangan keduanya. Tanpa banyak bicara, aku segera menuju ke kamarku untuk berganti pakaian, ambil air wudhu, dan ku temui Tuhanku. Satu – satunya Dzat tempatku bersandar dan berkeluh kesah.

“Tok,,,tok,,,tok,,,” Tiba – tiba pintu kamarku diketuk orang. Aku tahu itu pasti Ibuku. “Masuk Bu, tidak ku kunci!” jawabku. Ku buka mukena putih berenda bunga – bunga yang membalut tubuhku. Ku usap air bening yang keluar dari sudut – sudut mataku. Ibuku membawakan sepiring nasi goreng untukku. “Makan dulu put!” kata Ibuku dengan membaca raut wajahku. “Kamu memangis? Ada apa?” tanya Ibuku. “Apa benar yang dikatakan Ayah semalam Bu?” tanyaku dengan menatap wajah Ibuku. Tak terasa air mata yang sejak tahu sudah ku tahan, kini jebol tak dapat ku kendalikan. Ku lihat Ibuku kaget. “Jadi, kamu sudah tahu Put?” tanya Ibu. “Kenapa Bu? Apa kalian tidak sayang sama Putri? Kenapa kalian tega memtuskan untuk berpisah?” tanyaku dengan tesedu – sedu. Ibu memelukku erat – erat. Aku merasakan bahwa di dalam dadanya juga ada gemuruh yang tak tertahankan. “Itu sudah keputusan Ayahmu, Put. Ibu tidak bisa berbuat apa – apa lagi. Ibu hanya perempuan, Nak. Ibu tak kuasa mencegah Ayahmu untuk tetap berada di sisi Ibu. Maafkan Ibu. Sekarang terserah Putri, Putri mau tinggal bersama Ibu atau Ayah.” jelas Ibuku dengan raut muka yang tak bisa ku gambarkan. Ibu melepaskan pelukkanya dan meninggalkan kamarku. Ku tatap nasi goreng yang di letakkan Ibu di atas meja belajarku. Aku tak berminat menyentuhnya, apalagi memakannya.

***

Malam ini putri menceritakan keluh kesahnya padaku, katanya besok ada ulangan IPS, tapi dia tak bisa belajar dengan tenang. Otaknya kacau sebab memikirkan masalah yang di hadapi kedua orang tuanya. Pikirannya buntu, bagaikan got di depan rumahnya yang tersumbat bermacam – macam sampah. Hatinya keruh, sekeruh air sungai.

Melalui tinta biru yang di goreskan di lembaran-lembaran tubuhku. Putri mencurahkan semua unek-unek yang ada di hatinya. Putri bingung kalau benar kedua orang tuanya hendak bercerai. Putri tidak dapat memilih mau ikut Ayah atau Ibunya. Putri sangat menyayangi keduanya dan tak ingin berpisah dengan mereka. Putri hanya ingin bersama Ayah dan Ibunya. Bukan bersama Ayah atau Ibunya.

“Ya Allah? Bagaimana ini? Aku harus ikut siapa?, sedangkan aku sangat menyayangi mereka. Aku tak ingin berpisah dengan keduanya”. Tulis putri pada lembaran – lembaran tubuhku. Aku ikut sedih, tapi aku tidak dapat membantu apa – apa selain hanya menampung segala keluh kesah yang di rasakan putri. Aku hanya bisa berharap setelah perasaanya di luapkan kepadaku, putri mendapat ketenangan. Tapi, sepertinya aku salah, setelah meluapkan perasaanya, putri langsung meninggalkanku begitu saja tanpa menutupku. Ia langsung naik ke tempat tidurnya dan mulai menangis lagi.

Sepanjang malam yang di lakukan putri hanya menangis dan menangis sampai dia kelelahan dan terlelap. Aku ingin sekali mengingatkan putri agar jangan menangis terus. Ingat put, besok ada ulangan IPS. Tapi, apa dayaku. Aku tak bisa bersuara.

***

“Allahuakbar,,,Allahuakbar” suara adzan dari mushola dekat rumahku membangunkan aku dari tidur nyenyakku. Mataku terasa berat, samar – samar , aku masih ingat bahwa semalaman aku menangis. Tiba – tiba aku tersentak. Hari ini ada ulangan IPS. Bagaimana ini. Aku tidak belajar sama sekali. Segera ku lipat selimutku. Aku bergegas untuk mandi dan mengambil air wudhu kemudian sholat subuh dua rakaat yang tidak dapat ku nikmati sama sekali. Setelah salam, aku buka sebentar catatan IPSku. Caraku belajar pagi ini meloncat – loncat seperti katak. Sebentar ke catatan, sebentar ke LKS, tapi tidak ada yang masuk ke dalam otakku.

Waktu cepat sekali berlalu, tanpa terasa jam dinding di kamarku sudah menunjukkan pukul 06.30. ulangan akan di adakan jam pertama pula. Ups! Ya Allah, apa dayaku? Bagaimana ini? Haruskah aku menyontek saja? Masa iya sih, putri yang selalu mendapat peringkat 1 di kelas menyontek? Aku belum pernah menyontek sebelumnya. Tapi, bagaimana ini? Menyontek jelas bukan perbuatan terpuji, curang! Tapi, bagaimana kalau tidak menyontek? Nilaiku bisa tidak tuntas dan aku takut nilaiku tidak mencapai batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mapel IPS. Ah… entahlah, yang paling penting sarapan dulu kemudian pancal pedal sepeda. “what,,,will,,,do,,,will,,,do” senandungku menirukan sebuah lagu. Aku berpura – pura riang saja pagi ini agar mood belajarku tidak terganggu.

Aku memasuki gerbang sekolahku pukul tujuh kurang sepuluh menit. Ku hitung ada 10 anak yang masuk gerbang bersamaan waktunya denganku, kami turun dari sepeda kami masing – masing. Ku lihat Bapak Ibu guru sudah menunggu kedatangan kami di pintu gerbang. Kami pun menghampiri dan menyalami Bapak Ibu guru yang ada disitu. “Selamat pagi Bu Ami, Pak Bani?” sapaku sambil mencium punggung tangan mereka. “Pagi” jawab mereka serempak. Dalam hitungan detik aku sudah memarkirkan sepedaku di tempat parkir sepeda di bagian belakang kelasku.

Baru saja ku hempaskan pantatku di kursi belajarku, bel tanda masuk sudah terdengar. Selanjutnya ada suara merdu mengingatkan kami “Saatnya jam pertama di mulai”. Disusul dengan peringatan dalam bahasa inggris. “It’s time to become the first lesson”. Aku tak terlalu pintar dalam bahasa inggris tapi setidaknya itu yang ku dengar dan yang dapat ku ceritakan disini. Pak Son memasuki kelasku. Kehadiran Pak Son membuat jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Seperti biasa ucapan salam Pak Son di jawab serentak oleh seluruh anak di kelasku. Setelah berdoa mengawali kegiatan belajar pagi ini, Pak Son langsung membagikan soal ulangan harian kepada kami. 

“Uh,,,” keluhku sambil membaca soal – soal yang tersaji dihadapanku. Semua temanku ku lihat asyik mengerjakan soal – soal itu. Aku masih seperti orang linglung. Aku mulai membaca situasi tengok kanan, tengok kiri, lihat depan, lihat belakang untuk memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang memperhatikan aku. Dengan tangan gemetar dan jantung yang berdebar – debar. Aku mulai menarik catatan IPSku yang ku letakkan di laci mejaku. Bagaikan seorang pendekar, aku berhasil membabat habis soal demi soal yang menjadi musuh – musuhku hari ini. Akhirnya, semua dapat ku selesaikan dengan benar dalam tempo yang sesingkat – singkatnya. Segera ku masukkan lagi catatan IPSku ke laci mejaku. Tiba – tiba aku dikagetkan oleh sebuah suara “Sudah selesai, put?” itu suara Pak Son. Dengan gagap aku menjawab “Ssssudah, Pak”. Pak Son melanjutkan inspeksinya ke lorong meja yang lain. “Uh, hampir saja,” kataku.

Tina kaget mendengar jawabanku. “Sudah selesai put?” tegasnya tak percaya, aku mengangguk “wah, hebat kamu” ujar Tina. Sekarang jantungku malah mau meloncat, kadang ku rasakan di tempatnya, kadang kurasakan menghilang. Dalam bahasa Ibuku saat ini hatiku sedang “Runtag” aku takut kalau – kalau Tina tahu yang sebenarnya tejadi. Sungguh ini pengalaman pertamaku berbuat curang seperti ini. Ohh,,, Tuhan, apakah yang saat ini ku rasakan tercetak jelas dalam ekspresi wajahku?

***

Lagi – lagi malam ini putri menceritakan keluh kesahnya padaku. Namun, keluhannya kali ini bukan tentang “Aku harus ikut siapa?”. Dia menceritakan perbuatan konyolnya yang dilakukannya hari ini di sekolah. Oh no! Rasanya aku tak percaya. Ini benar – benar konyol. Putri bilang tadi dia nyontek di sekolah. “Tidak ada pilihan lain Di, aku takut nilaiku jeblok. Aku takut nilaiku tidak mencapai KKM, jadi terpaksa aku menyontek Di” katanya padaku melalui tinta biru yang digoreskannya di lembaran – lembaran tubuhku (Putri sering memanggil namaku “Di” meski kadang dia menyebut nama lengkapku “Diary”) “Di, aku tak tenang” lanjutnya.

 Tentu saja aku bisa merasakan apa yang sedang Putri rasakan. Hatinya pasti was – was. Aku ingin menasihatinya agar lain kali jangan nyontek lagi. “Putri, apakah dengan mendapatkan nilai di atas KKM kamu akan senang? Nyatanya tidak kan? Kamu mungkin berpikir bahwa tidak ada satu temanmu pun yang mengetahui perbuatan licikmu itu. Tapi, kamu harus ingat Put, ada dua malaikat yang di tugasi Allah untuk selalu mengawasimu”. Tentu saja Putri tidak bisa mendengar nasihatku. Aku berharap nuraninya memberinya sebuah alarm untuk mengingatkan perbuatan salahnya itu.

***

Benar. Aku tak tenang. Hatiku selalu was – was. Jangan – jangan ada yang melihatku. Harus ku bacakah surah An – Nas untuk menghilangkan was – wasku? Huf, ternyata menyontek itu tidak membuat kita senang. Ternyata berbuat curang itu membuatku gelisah. Ternyata tidak jujur itu membuatku resah. Ya Allah, ampuni aku. Nuraniku mulai memusuhi perbuatan yang tidak terpuji itu. Aku niat akan membuat pengakuan besok pagi kepada Pak Son.

Di sekolah, Pak Son mengumumkan hasil ulangan harian dua hari lalu yang sudah di koreksi. Dengan bangga, Pak Son mengumumkan bahwa aku, putri satu – satunya siswa yang mendapat nila 100 dalam ulangan harian kali ini. Beliau memberi ucapan selamat. Teman – teman sekelasku bertepuk tangan. Entah kenapa aku tidak senang sama sekali. Aku sama sekali tidak bangga. Bahkan tanpa ku sadari butiran – butiran air bening asin mulai meluncur dari sudut – sudut mataku. Semua mengira air mataku air mata bahagia. Bukan kawan, ini air mata rasa malu dan air mata rasa bersalah. Malu aku kepada Al – Alim Yang Maha Mengetahui dan Al – Bashir Yang Maha Melihat.

Saat istirahat pertama, aku menemui Pak Son di ruang guru. Dengan terbata – bata, aku menceritakan tentang sejarah nilai 100 yang kudapatkan dalam ulangan harian dua hari lalu. Pak Son menyimak ceritaku. Beliau tidak marah.

“Bapak senang kamu jujur Put, kamu nanti ikut ulangan perbaikan hari sabtu nanti ya! Persiapkan dirimu!” kata Pak Son. Aku hanya mengangguk. Aku janji kali ini aku akan belajar dengan baik.

***

Ini cerita putri padaku, katanya dia mendapat nilai 100 untuk hasil meyonteknya. Amazing kan?. Tapi, apa hebatnya nila 100 hasil nyontek? Ah…, untung pada akhirnya putri menyadari bahwa perbuatannya itu salah. Dia diberi kesempatan oleh gurunya untuk mengikuti ulangan perbaikan. Katanya dia mendapat nilai 80 dalam ulangan perbaikan itu setelah semalaman belajar habis – habisan.

“Di, ternyata kecurangan tidak akan membuat kita senang, dan akan membuat kita selalu was – was karena terus di kejar bayangan dosa. Dan satu lagi, ternyata kejujuran meski kadang menyakitkan dan memalukan jauh lebih baik daripada curang”.

Aku bahagia melihat putri terus tersenyum saat menggoreskan kalimat hikmah yang dia dapatkan dari pengalamannya hari ini.

Andai bisa kau dengar put. Aku akan mengatakan bahwa kepuasan itu terletak pada usaha. Bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang haqiqi. Jangan lupa selalu berdoa pada Allah Yang Maha Kuasa agar kedua orang tuamu rujuk lagi. Kalian bertiga bahagia selamanya. “Kamu dengar apa kataku, Put?”

Ku biarkan lembaran – lembaran tubuhku terbuka. Aku, buku harianmu. Selalu siap menerima dan mendengarkan curhatmu.


TAMAT


Hari Kemerdekaan Yang Tak Lagi Sama

 Oleh: Risma Ariesta_BSA’18


Memasuki awal bulan Agustus pada tahun-tahun sebelumnya, biasanya aku dan tim pasti sedang sibuk mempersiapkan pernak pernik tujuh belasan untuk menghiasi seluruh Desa Tanon. Kerja bhakti massal pun kami gerakkan. Tak ketinggalan, aku juga menghimbau para warga untuk memasang bendera merah putih serentak di tiap-tiap rumah. Saat-saat seperti ini, biasanya yang paling heboh adalah Wakidi. Dia selalu berteriak-teriak seperti mandor pada orang-orang yang memasang umbul-umbul di gapura dan sepanjang jalan masuk Desa Tanon. Katanya, mereka harus hati-hati saat memasangnya, jangan sampai miring, perhatikan arah angin, dan lain sebagainya. Kadang jika Wakidi tidak memperhatikan pekerjaan mereka, ada saja tingkah konyol yang mereka lakukan untuk mengejek Wakidi yang cerewetnya mengalahi ibu-ibu arisan.

Sedangkan Bu Nur bersama ibu-ibu PKK lainnya biasanya tengah meronce hiasan dari daur ulang sampah plastik maupun kertas yang diwarnai merah dan putih untuk dipasang di rumah-rumah warga. Wawan dan para pemuda anggota karang taruna lainnya juga seharusnya sedang sibuk merembug lomba apa yang akan mereka adakan untuk kian memeriahkan peringatan hari kemerdekaan. Sebenarnya ini yang paling ditunggu, karena biasanya partisipan yang ikut tidak hanya dari anak-anak saja, melainkan orang-orang dewasa sampai orang tua pun juga terlibat.

Biasanya, seminggu sebelum hari kemerdekaan tiba, Desa Tanon sudah siap menyambutnya dengan berbagai kemeriahan. Tapi, tahun ini kebiasaan itu berubah. Bahkan jauh-jauh hari sebelum bulan Agustus datang, Desa Tanon dan Lereng Telomoyo kembali sepi. Tak ada wisatawan yang mengantre untuk menikmati sajian wisata di desa. Kegiatan sosial masyarakat pun dibatasi. Sejak pemerintah mengumumkan bahwa nusantara dilanda wabah menular dan mematikan, kami dihimbau untuk tidak keluar rumah kecuali memang memiliki kepentingan yang mendesak. Menjaga kebersihan, cuci tangan setiap waktu, kini menjadi kebiasaa baru yang digembar-gemborkan di mana-mana. Tak hanya nusantara yang berduka, dunia dan seluruh penghuninya pun merasakan hal yang sama.

Padahal, tahun lalu kami dan para pemuda yang tergabung dalam organisasi kepemudaan di Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang, dan Kota salatiga sempat mencatat sejarah baru dengan mengibarkan bendera sepanjang satu kilometer di Lereng Telomoyo. Tidak ada pasang mata yang tak terharu bahkan menangis saat menyaksikan peristiwa itu. Sepanjang jalan menuju gunung Telomoyo dari arah Ngablak, Kabupaten Magelang dikibarkan secara horizontal dan diusung oleh arak-arakan pemuda baik laki-laki maupun perempuan. Kami serempak menyanyikan lagu-lagu nasional yang entah bagaimana bisa sangat menyentuh hati. Mulai dari Indonesia Raya, Satu Nusa Satu Bangsa, Tanah Airku, Indonesia Pusaka, Bagimu Negeri, dan banyak lagi.

Anak-anak tak mau ketinggalan mengkuti arak-arakan kami. Mereka berlarian dengan cerianya. Saling tertawa dan turut membawa bendera kecil dari plastik di tangan mereka. Kedua pipi mereka cemong oleh lukisan bendera merah putih. Ditambah, para anak laki-laki yang mengenakan ikat kepala dari hasduk pramuka. Para warga yang melihat arak-arakan kami turut merekam, beberapa terlihat ikut menyanyi, dan mengusap pipi mereka, karena mungkin sempat menangis haru. Para wartawan juga turut memeriahkan acara ini, sibuk meliput dengan kamera mereka. Lampu blitz di mana-mana, juga desing drone yang terbang tinggi dan rendah di atas kepala kami. Sungguh pengalaman yang akan kukenang seumur hidupku.

Acara Millenial Fest (Me-Fest) itu terselenggara berkat kerja sama organisasi kepemudaan dan tanpa melibatkan pemerintah. Seluruh pendanaan, juga partisipasi murni dari kerja sama kami semuanya. Namun baru sekali kegiatan tersebut terselenggara, tahun ini Me-Fest terpaksa ditiadakan karena keadaan yang tidak memungkinkan.

“Jadi tahun ini nggak ada agustusan, kang?” tanya Agus yang biasa mengurus transportasi para wisatawan.

“Kalau kegiatan yang menimbulkan kerumunan mungkin ditiadakan, ya. Kayak upacara, pawai, lomba-lomba, dan lain-lainnya itu. Hampir semuanya pasti rame-rame, sih. Tapi kita tetap pasang bendera di masing-masing rumah, ya,” jawabku.

Seperti biasa, aku dan tim pemandu wisata desa menari sedang mengadakan rapat bulanan guna evaluasi program dan membahas berbagai persoalan terkait desa. Namun, enam bulan belakangan ini kami hanya pernah melakukannya tiga kali saja, dua bulan sekali. Ini sudah hampir bulan ke-enam dari munculnya himbauan pemerintah agar masyarakat tinggal di rumah saja, yang dimulai sejak bulan Maret lalu. Banyak momen berharga yang kami lewatkan dengan cara-cara baru yang sebelumnya belum pernah kami bayangkan. Seperti halnya sekolah online, momen ramadhan yang sepi karena tarawih di rumah, sholat iedul fitri dan iedul adha yang berjarak, sampai menjadi peserta upacara virtual. 

“Hufft. Kenapa wabah itu harus datang, ya? Buat kacau semua aja,” gerutu Wakidi.

“Setiap sesuatu yang didatangkan semesta untuk kita, pasti ada sisi positif dan negatifnya sendiri. Mungkin sisi negatifnya adalah seluruh kegiatan kita yang hampir sebagian besar kumpul-kumpul itu ditiadakan. Tapi pasti ada sisi positifnya juga. Dengan adanya wabah ini, kita jadi bisa lebih intens berinteraksi dengan keluarga,” kataku berusaha menyemangati para peserta rapat.

Memang tidak dipungkiri banyak orang yang menjadi cemas berlebihan, takut, dan lain sebagainya. Tapi adanya wabah ini aku sungguh belajar tentang kesabaran dan keikhlasan yang selama ini mungkin kulupakan dalam hidup. Setelah Desa Tanon menjadi Desa Menari misalnya. Banyak orang yang mulai megetahui desa ini sebagai desa produktif, mandiri, dan kiblat desa yang sukses mengembangkan potensi yang dimiliki. Mungkin saat itu aku merasa di atas awan karena merasa telah berhasil membuat impianku menjadi nyata, bahkan lebih tinggi lagi. Namun, Tuhan dengan sekejap mengambil gemerlap itu dengan cara mendatangkan wabah ini untuk seluruh dunia.

Awalnya mungkin aku merasa Tuhan tidak adil. Kenapa saat usahaku bersama para warga sedang berada di puncak, dengan kemunculan wabah kecil yang bahkan tak terlihat oleh kasat mata saja bisa menghancur leburkan semuanya. Para pegiat bisnis transportasi kehilangan penumpangnya, perjalanan ke luar negeri atau dalam negeri ditunda, tempat-tempat wisata diminta berhenti sementara, tak terkecuali Desa Menari. Aku merasa terjun bebas ke dasar jurang yang curam dan dalam. Susah payah aku membangun desa ini agar bisa berdaya, tapi semudah itu Tuhan menghancurkannya hanya dengan mendatangkan wabah kecil. Mungkin aku terlalu menyombongkan diri atas pencapaian yang telah kudapatkan selama ini. Padahal, mudah saja bagi Tuhan untuk mengambilnya kembali.

Jika tujuh puluh lima tahun yang lalu bangsa kita bisa merdeka dari penjajahan oleh bangsa lain, maka hari ini kita juga harus bisa merdeka dari jajahan pikiran-pikiran buruk yang berasal dari diri kita. Seperti halnya keputus asaan yang muncul akibat wabah yang belum juga berakhir ini. Percayalah, selama kita berusaha untuk menemukan cara agar tebebas dari wabah ini, terus berdoa kepada Tuhan, maka jika Dia berkehendak untuk mengusaikan wabah ini, pasti akan usai juga. Meski kini kita harus percaya pada ketidak pastian, yakinlah bahwa suatu saat ketidakpastian itu akan menjadi pasti juga jika waktunya tiba.

Merdeka sejak hati, penting kiranya untuk senantiasa ditumbuhkan dalam berbagai suasana. Terutama untuk menghadapi masa-masa sulit dan kondisi yang tak pernah kita bayangkan kala pandemi seperti sekarang ini. Meski perayaan kemerdekaan tak sama seperti tahun-tahun biasanya, tapi aku selalu berusaha menyalakan semangat kemerdekaan yang sama untuk diri sendiri dan juga sesama. Dengan begitu, setidaknya perayaan kemerdekaan tetap menjadi sesuatu yang sakral untuk dirayakan.



نهر الخيال/Sungai impian

 نهر الخيال

Oleh: Farhan Khoirul Arrafi_BSA’21

لحن الأمطار يلقي الهروء

بصوته بخاصى، رخيم

الدموع تقطر

مع ذلك، لا تستطيع اليسرى

التخمين


قارب قديم مهترئ

لا أستطيع حدفه

لكي أصل إلى النهاية

جرف بمينا وشمالا يحد النظر

يئن وكأنه في وشك الانهيار


فالعشي الذى قد ظننته جميلا

فالان، مرعب ملخور

أقبل ضوء القمر خائف

هبت برياح طاعنة بشرة


بعد المنبع لا يطفئ بهمة

بل نمت النية كشيفة

قادر على حطم العوائق

لذ بل الحلم المقذوف


نظرت إلى سماء و رأيت بنجوم

وميضت عنياها كأنها تذكر الله

الغضن يسقط هينا

اأنسال السبل بدون بجهة


Sungai impian

Farhan Khoirul Arrafi_BSA2021


Melodi hujan terasa syahdu

Dengan suara khasnya, merdu

Air mata turut menetes, menyerta

Namun tangan kiri tak mampu menerka


Perahu sampan yang sudah usang

Tak dapat kudayung untuk sampai ke ujung

Tebing kiri, kanan menatap tajam

Seolah bergemuruh merintih akan jatuh


Senja yang dulu kuanggap indah

Kini terlihat berpuaka, bedebah

Cahaya redup rembulan menyapa takut

Angin berhembus menusuk kulit lembut


Hulu jauh tak menyusutkan semangat

Niat dan tekat yang kutanam, kini tumbuh dengan lebat

Mampu meruntuhkan rintangan menjalar

Demi sebuah impian yang terdampar


Kutatap langit melihat bintang-bintang

Berkedip, seakan berdzikir kepada sang pemberi cahaya terang

Dahan pohon jatuh mendayu

Mengikuti alur tanpa dituju






Aksara Tanpa Makna/أحرف لا معنى لها

 Aksara Tanpa Makna

Oleh: Reni Deniyati_IH’20


Semua berubah seiring berjalannya waktu

Seperti sinar purnama yang rupanya kian menghilang ditelan sang awan

Bisakah aku jadi teman bicaramu malam ini?

Tidak, bahkan diriku sering kehilangan diriku

Aku bukan milik ku


Sekali lagi

Aku kehilangan harapan ku


Di tempat yang suram ini

Fenomena hidup harus tetap terjadi

Bisakah aku menemukan diriku lagi dari setitik sisa kehidupan ini?


Aku mencoba melangkah lebih jauh lagi

Menjadi aksara, mengisi sela-sela bait yang kian kabur kehilangan makna


Pupus...


Tidak!!!

Harapan itu menjadi humus untuk harapan yang baru lagi

Menjadi bekal untuk berjalan pada garis-garis waktu ini



أحرف لا معنى لها


كل شيء يتغير بمرور الوقت

كالبدر يبدو ع يختف واِء

هل يمكننى ان اكون نجيّك الوسر الليله

لا, بل فقدرٓ نفس

أنا لست ملكي


مرة اخرى

لقد فقدت الأمل


في هذا المكان القاتم

الحياة ليست خالدة، فكل شيء يغرق بالموت

لكن هل يكنني أن أجد نفسي مرة أخرى نفسه عمرى؟


أحاول أن أبعد أخطف

لد صبح أحزف تملأ الأيإت التي تصبح ضبابيه، تفقد معناها


...يحتفي


لا!!!!

هدا الأمل يصبح الدبال من أجل أمل جديد ناسه

او كالزاوللسفر في خطوط الزمن


قَافِيَةوَسَائِل التّوَاصِلُ الْإِجْتِمَاعِي / Sajak Sosial Media

قَافِيَةوَسَائِل التّوَاصِلُ الْإِجْتِمَاعِي

Sajak Sosial Media

بواسطة : ألفي أيوميرنتى

Oleh : Alyf Fia Ayu Meyranti_BSA’20


يُوْلِيُو قَد إِنْتَهَى

Juli kan berlalu

صَفُ الإِخْطَارفِي حِسَابِي الْأَخْضَر

Deretan notifikasi dalam akun hijauku

لاَ يَزَالُ مَحْفُوظًا فِي الْوَقْتِهِ الرَّاتِب

Masih tersimpan dalam urut waktu

العَدِيْدُ مِنَ الرَّسَائِلِ الْمُمَيَّزَةِ بِنَجْمَةٍ مُضَنَمَةٌ

Banyak pesan berbintang tersemat

تَحْتَوِي عَلىَ آبْيات حَنِيْنِ

Berisi bait – bait nostalgia

مَلِيئَةِ بِقَصَصِ طَوِيلَة مِن دِرَامَا الْحَياةِ

Penuh kisah panjang drama kehidupan

حَتَّى تصبح الْمُؤَامَرَة ِوَالْغَرِيْبِ قِصَّة فِي الْيَوْمِيَاتِ

Hingga intrik dan estrik jadi kisah dalam buku harian

أَفْتَح حِسَابِى باللَّونين الْأَزْرَق وَالْأَبْيَض

Ku buka akun biru putih

أَذْهَب إلى صفحة ملفي الشّخصي الرّئيسيّة

Ku tuju beranda profil diri

قِصَصِى تَتَوَالِى

Deretan kisah

لاَ يَزَالُ فِي حالة جيدة

Masih tersusun rapi

القصّة في سلك الْأَحرف

Kisah dalam baris – baris aksara

من المستحيل التكرار

Tidak mungkin terulang kembali

كُلِّهَامُلَّخَصٌ واحد في قصّة ذاتية

Terangkum satu menjadi cerita diri

سَتَكُوْنُ دَائِمًا ذِكْرَى

Kan selalu menjadi kenangan

الأطفل و الحفيد فى وقت لاحق

Pada anak cucu nanti

 

Monday, 13 December 2021

5 TIPS SEMANGAT BELAJAR BAHASA ARAB

 Oleh: Sulton Fajar Ayu Maulida Ma’rufa_BSA’20


Bahasa adalah Habits. Apa itu Habits? Habits adalah sesuatu yang kita kerjakan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama hingga sesuatu aktivitas tersebut menjadi sebuah kebiasaan yang secara otomatis tanpa berpikir lama. Penguasaan sebuah bahasa baik pengucapan, penulisan atau pemahaman sangat dipengaruhi sengan habits itu. Kalau kita membiasakan diri berbahasa Arab dan itu dilakukan terus-menerus dalam waktu lama, Insyaa Allah kita akan mahir dalam berbahasa Arab. Disini penulis akan berikan 5 tips semangat belajar bahasa Arab untuk sobat-sobat BSA!

  1. Sebaiknya awali belajar dengan materi yang mendasar, yang mudah kita ingat, dan sering terlintas dipikiran kita. Seperti ungkapan sederhana, contohnya “Tahiyyah” atau greeting, disarankan untuk mempelajarinya melalui proses kemampuan mendengar, kemudian dilanjutkan dengan praktek berbicara-membaca dan yang terakhir adalah menulisnya.
  2. “Apakah mungkin belajar bahasa Arab sendiri tanpa adanya guru?”. Belajar mandiri merupakan faktor pendukung utama. Pada masa pandemi sekarang ini, kita tidak bisa jika hanya mengandalkan waktu tatap muka dengan guru. “Lalu bagaimana caranya belajar bahasa Arab secara mandiri?”. Dengan cara berkomitmen untuk konsisten dalam meluangkan waktu setiap hari. Bahasa Arab bisa dipelajari secara otodidak, didukung dengan berbagai perlengkapan belajar.
  3. Jika dalam mendengarkan bahasa Arab kita tidak bisa memahami kalimatnya, maka minimal yang harus kita lakukan adalah dengan menyimaknya. Menyimak dan terus menyimak secara rutin meskipun terdapat beberapa kata yang belum diketahui, karena dengan seringnya menyimak telinga kita akan familier dengan kata, kalimat, ataupun pola kalimat dalam bahasa Arab.
  4. Buatlah catatan kosa kata baru setiap hari. Tidak perlu banyak, minimal belajar dua kosa kata baru rutin setiap hari. Carilah kosa kata baru tersebut dalam laman sosial media, misalnya Twitter, Facebook, Instagram atau lainnya. Pastinya disana kalian akan menjumpai banyak laman berbahasa Arab dan bisa menyesuaikan dengan topik yang kalian minati.
  5. Gunakan sumber belajar yang ada didalam kelas sebagai media pembelajaran. Karena dengan adanya keterkaitan antara pembelajaran mandiri dengan pembalajaran diperkuliahan, hal itu dapat memudahkan para mahasiswa untuk menyerap materi diperkuliahan pada bab berikutnya.

Untuk mempelajari bahasa Arab kalian harus menerapkan sebuah prinsip “Pelajari yang mudah dan tinggalkan yang sulit untuk sementara waktu sembari melangkah ke level selanjutnya”. Tidak ada kesungguhan yang sia-sia, seperti halnya mahfudzot yang sering kita dengar جَدَ وَ جَدَّ مَنْ, “Barangsiapa bersungguh-sungguh, maka Ia akan dapat”. 



4 Teman Ini Akan Membantumu Menghadapi “Jungkir Balik” Dunia Perkuliahan

 Oleh: Abdul Mukti_BSA’19


Sebagai manusia normal yang tak pernah lepas dari manusia lain, apalagi sebagai mahasiswa, tentu sosok teman merupakan salah satu organ kehidupan yang cukup vital didunia perkampusan. Dalam menghadapi berjuta macam masalah dan drama dunia perkampusan, entah karena tugas kuliah yang menggunung, kantong kosong bikin bingung atau masalah hati yang membuat termenung, teman menjadi salah satu tempat pelarian yang kadang cukup untuk membantu menenangkan hati dan pikiran. Apalagi diusia-usia perkuliahan mahasiswa sering kali merasakan yang namanya Quarter Life Crisis, Overthinking,depresi, bingung akan masa depan, merasa tidak berguna dan sebagainya, semuanya begitu menyebalkan. Dan disitulah peran teman kadang sangat berperan untuk mengobatinya, sebagai teman curhat misalnya, atau sebagai tempat bertukar fikiran dan pemberi solusi dari sebuah permasalahan. 

Berkaitan dengan hal tersebut, ada 4 teman yang saya rekomendasikan untuk membantu mahasiswa berproses dalam dunia perkuliahan, siapakah dia?

1. Teman yang lebih atas darimu

Artinya teman yang lebih berpengalaman darimu, lebih pandai darimu, lebih, rajin darimu, lebih religius darimu, dan lain sebagainya. Temukan mereka yang bisa tulus berteman denganmu, dengan begitu kamu bisa mendapat motivasi dan menimba ilmu darinya. Dengan yang lebih tua, kamu bisa belajar tentang pengalaman darinya. Dengan yang lebih pandai, kamu bisa mendapat ilmu yang mereka ajarkan kepadamu serta motivasi untuk rajin belajar. Dengan yang lebih religius kamu bisa belajar ilmu agama darinya. Dengan yang lebih kaya, kamu bisa belajar dengannya bagaimana caranya berbisnis dan lain sebagainya. Tentu hal tersebut akan sangat membantu kehidupanmu dalam dunia perkuliahan.

2. Teman yang lebih bawah darimu

Artinya teman yang sedikit berada dibawahmu, entah itu dalam hal kecerdasan, finansial, kekuatan dan lain sebagainya. Mereka akan membantumu bagaimana cara mensyukuri hidup, menghargai apa yang dipunya atau merawat apa yang sudah ada. Dengan yang kurang pandai, kamu bisa berlatih untuk mengamalkan ilmumu, dengan yang keuangannya kurang, kamu bisa belajar ikhlas dengan sedekah, membantu serta membahagiakan orang lain. Dengan yang lebih lemah, kamu bisa membantunya dengan kekuatanmu, sehingga dengan begitu kamu bisa menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain.

3. Teman yang senasib denganm

Mereka yang senasib denganmu bisa merasakan apa yang kamu rasakan, sehingga bisa saling membantu, saling memberi dorongan dan semangat dalam menjalani kesulitan. 

4. Buku

Sebuah mahfudhat bahasa Arab mengatakan “ sebaik-baik teman duduk setiap waktu adalah buku” 

Buku merupakan teman yang paling setia, kamu bisa bercerita dengannya dalam bentuk tulisan tanpa khawatir buku akan menceritakannya dengan orang lain. Kecuali kalau bukunya pindah tangan, tetap saja itu bukan salah buku, itu salahmu menruh buku diary sembarangan. Dengan buku pula kamu bisa mendapatkan banyak wawasan dan pengetahuan.


Menjaga kesehatan mental agar tetap produktif saat kuliah daring

 Oleh: Restu Fajar Apriliant Efendi_BSA’20

Pandemi Covid 19 masih menjadi masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia. Hampir semua kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring baik sekolah maupun kuliah. 

Kuliah daring emang bikin pusing. Banyak dari kita yang udah ngerasa capek dengan kondisi seperti ini. Belum lagi keadaan rumah yang tidak selalu kondusif saat kita kuliah. Ditambah dengan tugas kuliah yang menumpuk, rasanya stres menjadi makanan sehari-hari.

Hal ini tentu saja berdampak pada kesehatan mental dan produktivitas mahasiswa. Banyak mahasiswa yang merasa stres dan menurunkan produktivitas mereka. 

Meskipun demikian, kamu tetap bisa menjadi mahasiswa yang bebas stres dan tetap produktif di masa pandemi covid 19 meskipun kuliah daring.

Berikut ini beberapa tips yang bisa kamu lakukan supaya kesehatan mental tetap terjaga dan bisa tetap produktif saat kuliah daring.


1. Membiasakan pola hidup sehat

Pola hidup sehat sangat penting karena bukan hanya untuk melindungi diri dari penyakit, namun juga untuk menjaga kesehatan mental.


Mulailah dari mengatur jam tidur, perbanyak makan buah dan sayur, minum air putih yang cukup, berolahraga dan patuhi protokol kesehatan.

Kamu juga bisa mengurangi kebiasaan buruk seperti merokok, begadang dan mengkonsumsi minuman beralkohol.


2. Melakukan hobi

Lakukanlah kegiatan positif yang menurut kamu menyenangkan seperti melakukan hobi. Dengan melakukan hobi atau mencari hobi baru, kamu bisa mengisi waktu kosong saat kuliah daring dengan kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan.


Carilah hobi yang memungkinkan kamu untuk tetap stay at home namun tidak membuat kamu jenuh. Seperti menonton film, memelihara hewan, bermain game, dan masih banyak lagi.


Dengan melakukan hobi kamu bisa menjaga kesehatan mental agar tetap sehat dan produktif saat kuliah daring.


3. Mengasah minat dan bakat

Di sela sela kuliah daring, cobalah untuk mengasah kembali minat dan bakat kamu agar menjadi mahasiswa yang serba bisa untuk menunjang kehidupan kamu di masa depan.


Misalnya, bagi kamu yang hobi bermusik, cobalah latih dan kembangkan skill yang kamu punya untuk mengembangkan kemampuan yang kamu minati.


Caranya kamu bisa meng-upgrade skill dan kemampuan kamu dengan melihat konten tutorial melalui berbagai media seperti YouTube dan Tiktok


4. Mempelajari hal hal baru

Salah satu hal yang bisa kamu lakukan saat kuliah daring adalah mempelajari berbagai hal baru. Banyaknya waktu yang tersedia bisa kamu manfaatkan untuk mempelajari sesuatu yang baru dan bermanfaat.


5. Menghindari berita negatif

Banyaknya berita negatif yang muncul di sosmed membuat kamu menjadi stres dan cemas. Oleh karena itu, hindarilah berita negatif yang membuat kekhawatiran dengan cara memfilter semua informasi yang kamu lihat dan kamu dengar.


Jangan lupa untuk selalu teliti dalam menyebarkan informasi. Cek kebenaran berita yang kamu dapatkan agar tidak mudah terkena hoax.


6. Lakukanlah meditasi

Meditasi dipercaya dapat mengatasi stres dan memperbaiki masalah mental. Dengan teknik meditasi mindfullness kamu bisa mengurangi rasa gelisah dan mengembalikan mood.


Dalam Islam, meditasi yang dianjurkan adalah dengan cara berdzikir. Dengan berdzikir, kita dapat menjaga kesehatan mental sekaligus mendekatkan diri kepada-Nya.



Nah, kamu mau mulai dari mana nih?


Peran Millenial Jadikan Jurnal di Era Pandemi “ Millenial Produktif “

 Oleh : Alyf Fia Ayu Meyranti_BSA'20

Sering kita dengar sebutan millenial oleh masyarakat luas .Istilah millenial bermula diciptakan dan dipopulerkan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika William Strauss dan Neil Howe pada tahun 1991, yang ditulis dalam buku-buku mereka Generations. Semenjak itu istilah generasi millenial akrab terdengar. Seperti apakah seorang millenial itu? Dan apakah kalian termasuk generasi millenial? 

Generasi millenial merupakan generasi yang unik dari generasi sebelumnya. Generasi millenial ini memiliki karakter unik berdasarkan wilayah dan kondisi sosial-ekonominya. Pasti kita pun sudah kenal dengan ciri generasi millenial, yaitu sangat bersahabat dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Karena generasi millenial ini di besarkan oleh teknologi, maka membuat generasi ini memiliki ciri-ciri kreatif, informatif, mempunyai passion dan produktif. Generasi millenial ini selalu melibatkan teknologi pada seluruh aspek kehidupannya, contohnya generasi millenial lebih memilih untuk menggunakan smartphone untuk segala aspek. Jika kita sandingkan serta kita hubungkan dengan kondisi saat ini pastilah para milenial memiliki peranan sangat penting.

Berawal dari Penerapan Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar sampai dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat sudah yang di terapkan belakangan ini ,sehingga dapat memicu para generasi millenial untuk memajukan perannya.Caranya,dengan menyebarluaskan kegiatan mereka seluas-luasnya sebagai dukungan ikut mencegah merebaknya virus tersebut.Salah satunya dapat dibentuk dengan membuat jurnal kegiatan menjadi millenial yang aktif serta produktif di era pandemi.

Bukan hanya peran,sebelum membahas lebih lanjut ,kita akan sedikit membahas seputar tantangan generasi millenial saat ini.

Apa sajakah tantangan tersebut?

Pertama ,mengenai penguasaan teknologi yang begitu masif, teknologi yang yang terjadi lebih cepat dengan adanya masa pandemi menjadi tantangan khusus bagi para millenial.

Terkait tentang status sebagai pelajar mulai dari tingkat SD hingga Mahasiswa ,paling tidak pelajar mampu memanfaatkan setiap teknologi yang tersedia untuk kebutuhan pendidikan dan kehidupannya.

Pelajar perlu mempelajari dan mencari titik lemah dari teknologi yang dikuasainya untuk kemudian memberikan kesempurnaan melalui upaya kreatif penemuan yang dilakukannya.

Memanfaatkan teknologi yang sudah ada, menemukan kelemahan dan mencari solusi dari kelemahan yang ditemukan tersebut .

Kedua ,menegenai dunia kerja serta kompetensi diri .

Dari beberapa penelitian mengenai generasi millenial ,kompetensi dan dunia kerja menjadi tantangan penting bagi generasi ini.

Sebagai pelajar ,dunia kerjanya adalah mengerjakan serta menyelesaikan tugas yang diberikan oleh atasannya yakni “guru” .Ibarat dalam pekerja kantor ,pelajar berperan sebagai staff yang disiplin menerima tugas dari atasan. Dengan keseriusan, ketekunan, maka atasan akan luluh dan menaikkan jabatan ,sama seperti halnya seorang pelajar.Jika ia rajin, disiplin mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru ataupun dosen ,maka akan memperoleh nilai atau hasil yang sesuai dengan pekerjaan yang ia kerjakan.

Tidak hanya itu ,kompetensi juga sangat dibutuhkan khususnya bagi millenial seorang pelajar.Dalam hal ini ,khususnya pelajar millenial perlu meningkatkan hal – hal berikut:

  1. Meningkatkan skill bakat kekinian ,seperti kemampuan public speaking ,kemampuan berpikir kreatif yang menghasilkan berbagai karya ,pola pikir kritis ,sikap oppeness dan open minded ,leadership, dan lain – lain.
  2. Meningkatkan kompetensi pribadi melalui pendidikan yang berkualitas baik pendidikan formal maupun nonformal. 

Itulah tantangan yang harus diketahui oleh setiap generasi milenial khususnya bagi kalangan pelajar. 

Banyak yang bisa dilakukan oleh para pemuda-pemudi generasi milenial zaman Now, gerakan ini banyak muncul dari inisiatif para anak muda untuk berperan dalam membantu pemerintah, perannya pun beragam.Bisa kita jadikan pada kolom jurnal dalam kegiatan sehari – hari. 

Berawal dari merubah mindset ,bukan hanya berperan sebagai konsumen, akan tetapi mengembangkan setiap ide kreatif yang ia punya.

Misal ,kita membuat kolom jurnal .Kolom pertama kita isi dengan kebutuhan dan keinginan. Bagaimana cara kita membedakan antara kebutuhan dan keinginan ?

Mudahnya, keinginan kalau ditunda tidak ada dampak signifikan pada diri kita. Sedangkan kebutuhan kalau ditunda akan berdampak pada kehidupan sehari-hari.

Kolom kedua kita isi dengan hal berhubungan dengan “ Pandai dalam mengatur waktu “ antara kegiatan belajar ,kegiatan ibadah ,serta aktivitas lainnya.

Kolom ketiga kita isi dengan menggunakan media sosial dengan baik dan benar ,seperti hal nya akun media sosial kita isi dengan mem-posting kegiatan yang berhubungan dengan upaya mencegah adanya pandemi covid-19.Seperti menghindari budaya nongkrong di tempat keramaian, menjaga jarak, tidak melakukan kontak fisik ketika bertemu atau berkenalan, menggunakan masker ketika keluar rumah. Selain itu, rajin mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik, mengkonsumsi makanan bergizi dan multivitamin, serta rajin berolahraga untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Yang terpenting, jika tidak ada urusan mendesak untuk keluar rumah, lebih baik berdiam diri dengan tetap #DirumahAja.

Memang akktivitas tersebut terlihat sepele tetapi dapat memberikan influence kepada orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Masih banyak lagi peran millenial produktif yang akan disematkan dalam kolom jurnal di era pandemi.

Diharapkan para millenial dapat melakukan hal positif lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia agar terus kuat dan menjaga komunikasi yang baik, serta tetap bekerja sama melawan dan mengurangi penyebaran Covid-19 di Indonesia.


Kegiatan Rutin Khotmil Qur'an Di Lingkungan Kampus 2 UIN Salatiga

Salatiga- Selasa pagi, tanggal 25 Febuari 2025, Masjid At-Thoyyar yang terletak di kampus 2 UIN Salatiga ramai dengan antusias mahasiswa un...