Judul Buku : Pribadi Muhammad (Syakhshiyyah al-Rasul)
Penulis : Dr. Nizar Abazhah
Penerjemah : Asy’ari Khatib
Penerbit : Penerbit Zaman, Jakarta
Tahun terbit : Cetakan I, 2013
Jumlah halaman : 386 halaman
ISBN : 978-602-17919-2-9
Ketika saya mencoba berselancar di internet untuk mencari
referensi tulisan yang mungkin juga pernah membuat resensi tentang buku Pribadi
Muhammad ini, rupanya saya belum menemukan apa yang saya cari. Hanya ada
sedikit ulasan dari website penerbitnya yakni Penerbit Zaman, serta ulasan
singkat dari Goodreads. Walhasil, resensi ini mudah-mudahan menjadi resensi
pertama yang dibuat terkait dengan buku ini. Hehe.
“Sungguh telah ada pada diri Rasulillah itu teladan bagimu,
(yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat, dan
dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21)
Kutipan dari salah satu ayat Al-Qur’an tersebut menjadi
pembuka paling awal dari buku ini. Sesuai judulnya, dalam buku ini dikupas
secara mendalam tentang bagaimana kepribadian Rasulullah Muhammad SAW dalam
kehidupan sehari-harinya. Ada tiga tema besar yang dituliskan oleh Dr. Nizar
Abazhah dalam buku ini. Yakni tentang Sosok Nabi, Keseharian Nabi, serta Mukjizat
Nabi. Ketiga tema besar ini tentu saja memiliki sub-sub tema yang mengandung
penjelasan runtut dan mendalam dengan bahasa yang mudah dipahami.
Allah memilih Rasulullah saw. sebagai penutup para nabi dan
Dia himpunkan kepadanya sifat-sifat mereka yang mulia: jujur, amanah cerdas
hati dan pikiran, senantiasa dalam keadaan sadar, tidak menutup-nutupi, dan
terjaga dari kemaksiatan. Rasulullah saw. terhindar dari segala dosa, besar
maupun kecil. Melaksanakan semua perintah Allah tanpa sedikit pun melanggarnya.
Menjaga diri dari semua larangan-Nya tanpa sekali pun terjerumus ke dalamya.
(h.29)
Meskipun telah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah adalah
sosok yang ummy alias tidak bisa
membaca dan menulis, namun Allah telah memilih beliau sebagai utusan-Nya yang
terakhir untuk seluruh alam sampai akhir zaman. Jadi, tidak mengherankan bahwa
dari diri beliau selalu muncul hal-hal yang membuat kita terkagum-kagum.
Jika marah, beliau berpaling. Jika senang, beliau memejamkan
mata. (h.46)
Lantas, jika orang lain merendahkan Rasulullah, beliau balas
dengan kebaikan. Semakin direndahkan dan dilecehkan, semakin dibalas dengan
kebaikan. Menurut Aisyah istrinya, akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Terlalu
banyak penggambaran dalam bentuk kata-kata yang dipaparkan oleh penulis yang
seketika membuat pembaca terkagum-kagum dengan sosok karimatik sepanjang zaman
ini. Namun demikian, hal itu pun tidak cukup kiranya mengingat begitu mulianya
sosok Nabi Muhammad saw. sebagai utusan dan kekasih Allah itu.
Berkaitan dengan sifat tawaduk, Nabi saw. menjadi gambaran
utama yang merepresentasikan sifat mulia ini. Beliau benar-benar tampil sebagai
ideal akhlak seorang muslim yang berbeda sama sekali dari moral Jahiliyah.
Diberi pilihan pangkat antara menjadi nabi yang raja, seperti Nabi Sulaiman,
dan menjadi nabi yang sahaya, Rasulullah memilih pangkat kesahayaan. Beliau
memilih sedikit dengan dunia agar kelak menghadap Allah dengan tenang dan
leluasa. (H.R. Muslim, 188), (h.182)
Dalam berbagai literatur pun berkali-kali dijelaskan bahwa Rasulullah
saw. merupakan sosok yang sederhana. Meskipun para sahabat sering menyanjungnya
dengan sanjungan-sanjungan yang terhormat lagi mulia, namun beliau justru lebih
senang dipanggil sebagai manusia biasa yang lahir dari seorang perempuan yang
memakan dendeng. Subhanallah! Betapa sifat tawaduk tanpa rekayasa maupun
pencitraan yang tercermin dalam kata-kata serta sikap beliau ini.
Menjelaskan tentang dirinya, Nabi saw. bersabda, “Aku
hanyalah seorang hamba. Aku makan sebagaimana budak lain makan, duduk sebagaimana
budak lain duduk.” (Thaqabat Ibn Sa’d,
1/371, Al-Syifa, 1/168), (h.183)
Mungkin, buku ini memanglah tidak selengkap Sirah Nabawiyyah.
Karena Dr. Nizar Abazhah pun membuat seri tersendiri bagi karyanya ini. Dalam
beberapa paragraph di buku ini pun bertebaran footnote yang menggiring pembaca
untuk juga membaca karyanya yang lain seperti Perang Muhammad, Ketika Nabi di
Kota, Bilik-Bilik Cinta Muhammad, dan lain-lain.
Pada bagian tentang keseharian nabi pun diungkapkan berbagai
macam kebiasaan beliau yang juga hampir sama dengan kebiasaan rang biasa pada
umumnya. Seperti halnya penggambaran tentang kesederhanaan rumah beliau,
bagaimana posisi maupun cara tidur beliau, alas tidur beliau yang hanya dari
selembar tikar tipis yang membuat cap di bagian punggung beliau, dan banyak
kesederhanaan lainnya yang mungkin jauh dari para sahabat, apalagi kita
umatnya. Meneladani Rasulullah secara keseluruhan rasanya memang tidak mungkin
kita lakukan. Karena nafsu yang kita miliki terkadang senantiasa lebih besar daripada
ketaatan yang kita miliki.
Nabi membagi harinya untuk ibadah, keluarga, dan manusia. Ini
dilakukannya dengan konsistensi yang menakjubkan. Begitu menghadap kepada
Allah, beliau menghadap secara total. Jika melakukan sesuatu, beliau tak
berhenti sampai tuntas. Tak heran bila tak ada kamus gagal dalam setiap
tindakan beliau. (Bathal al-Abthal, 52),
(h.278)
Sedangkan pada bagian mukjizat, Dr. Nizar Abazhah membaginya
menjadi mukjizat umum yang nabi peroleh ketika periode Makkah serta
jenis-jenisnya, dan mukjizat terbesar nan kekal, yakni Al-Qur’an. Mukjizat saat
periode Makkah yang pertama adalah Isra’ Mi’raj yang merupakan penghormatan
Allah untuk Rasul-Nya. Sedangkan mukjizat yang kedua ialah ketika Rasulullah
berhasil lolos dari kepungan kaum kafir Qurays dalam peristiwa hijrah. Nah,
untuk mukjizat yang terbesar nan kekal berupa Al-Qur’an itu sendiri, seperti
yang kita ketahui bersama sampai saat ini. Bahkan, jarak masa hidup nabi dengan
kita saja mungkin lebih dari 1400 tahun. Namun, apa yang tertulis dalam
mukjizat itu tidak pernah sedikitpun bertambah, berkurang, maupun hilang. Bahkan
mukjizat tersebut banyak sekali yang menyimpannya dalam bentuk mushaf berjalan
yang senantiasa menghiasi dada para penghafalnya, untuk memberkahi kehidupannya
dan alam semesta.
Buku Pribadi Muhammad ini memang sudah tak dapat diragukan
lagi kualitasnya. Dari sisi bahasa terjemahannya saja, mudah dimengerti oleh
pembaca yang awam sekali pun. Bahkan, ulasan ini kiranya tidak cukup untuk menggambarkan
semuanya. Maka dari itu, saya pribadi sangat merekomendasikan buku ini untuk
dibaca karena bahasanya yang ringan, dan halamannya yang tidak terlalu tebal
sebagaimana Sirah Nabawiyyah. Namun, alangkah baiknya setelah selesai
menamatkan buku biografi Rasulullah saw.
ini juga turut menyambungnya dengan seri lain tentang tulisan-tulisan yang
membahas biografi Rasulullah. Karena, barangsiapa yang mengenal nabinya,
InsyaAllah ia akan dekat dengan Tuhannya.
Oleh : Risma Ariesta
Yaa allah, kpn aq seneng mbaca ? :'(
ReplyDeleteππππ
ReplyDeleteTerima kasih admin
ReplyDeleteMashaAllah
ReplyDelete