Friday, 17 May 2019

Refleksi : The Feminine God, Percepatan Untuk Kembali Fitrah di Bulan Ramadhan



Oleh : Risma Ariesta

Mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab, Semester 2
                                                                    IAIN Salatiga                      

Syekh Muhyiddin bin ‘Arabi pernah mengatakan kepada muridnya, “Jika kalian ingin memotong jalan menuju Tuhan, terlebih dahulu kalian harus menjadi perempuan.”

Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A, beliau mengutip perkataan salah satu ulama seperti yang tertulis di atas. Hal tersebut memiliki landasan, dimana unsur kelelakian merepresentasikan sifat The Masculine God, atau Al-Jalal (keagungan, kehebatan, kesombongan). Namun dalam bulan suci Ramadhan yang disebut juga sebagai bulan cinta (Syahr Alhubb), Tuhan lebih banyak memperkenalkan diri-Nya sebagai The Femine God yang merepresentasikan sisi Al-Jamal (kecantikan, kebagusan, keelokan).

Jika ditelaah secara lebih mendalam, The Feminine God bisa direpresentasikan sebagai pancaran dari sifat-sifat Tuhan yang Maha Pemurah, Penyayang, Pengasih, Mulia, Lemah Lembut, dan lain sebagainya. Adapun sifat lemah lembut yang identik dengan perempuan di sini, menggambarkan betapa pemurahnya Tuhan pada para hamba-Nya, khususnya pada momentum bulan Ramadhan seperti ini. Bahkan bisa dikatakan, Tuhan sedang obral pahala sebanyak-panyaknya di bulan mulia ini. Setiap kebaikan, setiap sedekah dilipatgandakan sebanyak 700 kali bahkan sampai tak hingga, sesuai dengan kehendak-Nya.

Bulan suci Ramadhan adalah saat paling tepat untuk setiap hamba kembali mereguk nikmatnya iman dalam hati. Meskipun begitu, bukan berarti pada bulan-bulan selain Ramadhan seorang hamba tidak diperkenankan untuk kembali dan bertaubat kepada Allah. Melainkan, kesempatan penerimaan taubat amat besar Tuhan curahkan pada bulan suci Ramadhan ini. Masa paling tepat untuk berlomba-loba dalam kebaikan, sebanyak mungkin, sesering mungkin, meski harus sampai pada titik darah penghabisan.

Tapi kenapa kita dianjurkan untuk totalitas di bulan suci ini? Jawabannya, karena pada bulan Ramadhan inilah Allah memberikan seluruh cinta-Nya kepada para hamba, melipatgandakan pahala dari amalan-amalan yang dilakukan oleh para hamba sesuai kehendak-Nya, bahkan tanpa kita ketahui.

Oleh karena itu, kesempatan sebesar ini harus kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk beribadah dan taqarrub kepada Allah SWT. Jika setiap hembusan nafas saja dihitung ibadah, lantas bagaimana dengan perbuatan ibadah itu sendiri? Bagaimana dengan niat kita tulus bersedekah serta membantu orang lain? Bukankah akan lebih banyak nilai serta pahalanya di sisi Allah?

Mungkin saat ini, kita bisa dibilang sebagai hamba yang tak tahu diri. Dimana, banyak sekali dosa yang telah kita perbuat dalam 11 bulan lamanya, sedangkan hanya ada satu bulan paling mulia yang Allah sediakan agar semua itu lebur oleh pertaubatan serta kesungguhan kita dalam merengkuh cinta-Nya. Ramadhan yang hanya satu bulan dengan 29 sampai 30 hari di dalamnya, berusaha mengajarkan kepada kita tentang efektifitas waktu yang harus senantiasa kita gunakan dan manfaatkan sebaik mungkin.

Jadi, akan lebih mudah bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui metode The Feminine God. Dimana, seorang hamba harus senantiasa lebih banyak mengucap syukur atas setiap rahmat dan nikmat Tuhan atasnya. Ber-taqarrub atas dasar cinta kepada Tuhan, untuk mencapai percepatan kembali fitrah dalam tataran sebagai seorang hamba.


1 comment:

Kegiatan Rutin Khotmil Qur'an Di Lingkungan Kampus 2 UIN Salatiga

Salatiga- Selasa pagi, tanggal 25 Febuari 2025, Masjid At-Thoyyar yang terletak di kampus 2 UIN Salatiga ramai dengan antusias mahasiswa un...