PENDAHULUANA. Latar Belakang
Dalam kajian linguistik, relasi makna merupakan aspek penting dalam memahami bagaimana kata-kata dan konsep-konsep berhubungan satu sama lain dalam suatu bahasa. Relasi ini mencakup berbagai bentuk hubungan antar kata, termasuk di antaranya hiponim dan hipernim, serta konsep medan makna. Hiponim dan hipernim adalah dua konsep yang sering digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkis (tingakatan) antar kata. Hiponim adalah kata yang maknanya spesifik dan merupakan bagian dari makna kata yang lebih umum, yaitu hipernim. Sebagai contoh, dalam relasi antara "buah" (hipernim) dan "apel" (hiponim), "buah" adalah kategori umum yang mencakup berbagai jenis buah, termasuk "apel".
Di sisi lain, medan makna (semantic field) merujuk pada kelompok kata yang berhubungan secara konseptual dan mencakup satu area makna tertentu. Kata-kata dalam medan makna ini berbagi tema atau domain yang sama dan seringkali saling melengkapi untuk memberikan makna yang lebih lengkap. Contohnya, medan makna untuk "transportasi" dapat mencakup kata-kata seperti "mobil," "kereta," "pesawat," dan "sepeda."
Kesalahpahaman mengenai perbedaan hiponim, hipernim, dan medan makna sering kali terjadi. Walau sekilas terlihat sama, tetapi hakikatnya ketiganya mempunyai perbedaan yang signifikan. Pemahaman yang mendalam mengenai hiponim, hipernim, dan medan makna memberikan wawasan penting dalam analisis bahasa dan penggunaannya. Dalam review ini, kita akan mengeksplorasi perbedaan antara hiponim dan hipernim, serta mendalami konsep medan makna, untuk memahami bagaimana relasi makna ini berkontribusi pada struktur dan penggunaan bahasa dalam komunikasi seharihari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu relasi makna dan jenis-jenisnya?
2. Apa itu medan makna?
3. Apa perbedaan antara hiponim dan hipernim dengan medan makna dalam konteks semantik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian relasi makna dan jenis-jenisnya.
2. Untuk mengetahui pengertian medan makna.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara hiponim dan hipernim dengan medan makna dalam konteks semantik.
PEMBAHASAN
Relasi Makna dan Jenisnya
Relasi makna merupakan hubungan antara bentuk makna dan bahasa yang sudah
disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Jenis
relasi makna ada bermacam-macam, diantaranya:
1. Homonim, yaitu kata yang sama lafal dan ejaannya, tetapi berbeda makna.
Contoh kata “bulan” yang dapat bermakna satuan waktu dalam kalender dan juga
bermakna satelit alami bumi.
2. Homofon, yaitu kata yang sama lafalnya dengan kata lain, tetapi berbeda ejaan
dan maknanya. Contoh kalimat “Bang Riski bekerja sebagai seorang customer
service di Bank BRI” , terdapat kata bang dan bank yang mempunyai pelafalan
yang sama tetapi berbeda ejaan dan maknanya.
3. Homograf, yaitu kata yang sama ejaannya dengan kata lain, namun berbeda lafal
dan maknanya. Contoh kata “memerah” yang dapat bermakna berubah warna dan
juga kegiatan memeras susu sapi.
4. Polisemi, yaitu kata yang bermakna lebih dari satu, tetapi makna-makna tersebut
saling berdekatan. Contoh :
Kata berat dalam kalimat berikut:
Berat badanku sekarang lebih dari 50 kg. (berat bermakna kuantitas)
Berat hati yang terasa sangat berat. (berat bermakna kesedihan)
5. Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma
yang berarti ‘nana’, dan syn yang berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang
sama’. Secara samantik, Verhaar (1978) mendefinisikan sinonimi sebagai
ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih
sama dengan makna ungkapan lain.1 Contoh kata “angkuh” yang bermakna mirip
dengan kata “sombong”
6. Antonim, yaitu kata yang kebalikan makna dengan kata lain. Contoh kata
“berhasil” berkebalikan makna dengan kata “gagal”.
7. Hiponim dan Hipernim, yaitu relasi makna yang bersifat hierarki, seperti "A
merupakan bagian dari B". Contoh:
Hiponim: Samsung, Nokia, Realme, Pocco, Vivo (khusus)
Hipernim: Handphone (umum)
8. Redundansi, yaitu pengulangan informasi atau elemen yang serupa dan seringkali
tidak diperlukan karena tidak menambah informasi yang ada. Contoh kata “ATM
Mesin” karena singkatan ATM saja adalah automatic teller machine sudah
mengandung arti mesin di dalamnya.
9. Ambiguitas, yaitu kegandaan makna dalam frase atau kalimat. Contoh:
a) Ambiguitas Fonetik
"Rudi datang ke rumah Andi memberi tahu."
Dalam kalimat tersebut terjadi keambiguan pada frasa "memberi tahu".
Dalam hal ini "memberi tahu" dapat bermakna memberikan makanan
berupa tahu, tetapi juga bisa bermakna memberikan informasi.
b) Ambiguitas Gramatikal
"Kedua orang tua Rudi bekerja di pasar setiap hari."
Dalam kalimat tersebut terjadi keambiguan pada kata "orang tua". Dalam
hal ini "orang tua" dapat memiliki makna ganda, yaitu (1) orang yang
sudah tua, dan (2) ibu dan bapak.
c) Ambiguitas Leksikal
"Tanah haram adalah semulia-mulia tempat di bumi."
Dalam kalimat tersebut terjadi keambiguan pada kata "haram". Dalam hal
ini "haram" dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak halal, tetapi juga
dapat merujuk pada Mekkah
Medan Makna
Medan makna, atau semantic field dalam bahasa Inggris, adalah konsep dalam
linguistik yang merujuk pada kelompok kata yang berhubungan secara konseptual dan
mencakup satu area makna tertentu. Kata-kata dalam medan makna berbagi tema atau
domain yang sama dan saling terkait dalam penggunaannya.
Contohnya, medan makna untuk "peralatan dapur" mencakup kata-kata seperti
"pisau," "garpu," "sendok," "panci," dan "wajan." Semua kata ini berkaitan dengan
aktivitas di dapur dan penggunaannya untuk memasak atau makan.
Medan makna membantu kita memahami bagaimana kata-kata dikelompokkan
berdasarkan makna dan hubungan antar kata dalam suatu bahasa. Ini juga memudahkan
dalam pembelajaran kosakata, pemahaman teks, dan analisis linguistik karena
menunjukkan bagaimana konsep-konsep tertentu saling berhubungan dan
membentuk jaringan makna.
Perbedaan Antara Hiponim dan Hipernim dengan Medan Makna dalam Konteks
Ilmu Semantik
Hipernim
Hipernim adalah kata atau konsep yang lebih umum atau abstrak, yang mencakup
atau dapat digunakan untuk merujuk pada kata-kata atau konsep-konsep yang lebih
spesifik atau khusus. Hipernim berfungsi sebagai kategori atau wadah untuk kata-kata
lain yang termasuk di dalamnya. Contoh dari hipernim seperti:
a) Skincare: Hipernim untuk "moisturizer", "sunscreen", "toner", "facial wash", dan
sebagainya. Jadi kata skincare ini mewadahi atau sebagai kategori untuk
moisturizer, sunscreen, toner, dan lainnya.
b) Sabun: Hipernim untuk "shinzui", "lifebuoy", "giv", "nuvo", dan lain-lain. Jadi
kata sabun ini mewadahi atau sebagai kategori untuk shinzui, lifebuoy, giv, nuvo,
dan lainnya.
c) Kendaraan: Hipernim untuk "mobil", "motor", "pesawat", "kapal", dan
sejenisnya.
Dalam struktur hierarki semantik, hipernim berada di level yang lebih tinggi dan
lebih umum. Hal ini memungkinkan kita untuk mengorganisasi dan mengklasifikasikan
kata-kata atau konsep-konsep yang lebih spesifik ke dalam kategori-kategori yang lebih
luas.
Hiponim
Hiponim adalah kata atau konsep yang lebih spesifik atau khusus, yang
merupakan bagian dari atau termasuk dalam kategori atau konsep yang lebih umum
(hipernim). Hiponim adalah jenis-jenis atau contoh-contoh yang lebih spesifik dari suatu
kategori. Beberapa contoh dari hiponim adalah:
- Moisturizer, sunscreen, toner: Hiponim dari hipernim "skincare".
- Shinzui, lifebuoy, giv, nuvo: Hiponim dari hipernim "sabun".
- Mobil, motor, pesawat: Hiponim dari hipernim "kendaraan".
Setiap hiponim merujuk pada subkategori atau kasus khusus dari hipernimnya
yang lebih umum. Penggunaan hiponim membantu untuk merinci atau menunjukkan
variasi atau jenis yang lebih spesifik dari suatu kategori.
Medan Makna
Medan makna adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan
bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang
direalisasikan oleh kata-kata berhubungan maknanya. Medan makna dapat digolongkan
menjadi kolokasi dan set, dimana kolokasi menunjuk hubungan sintagmatik linear antar
kata, sedangkan set menunjuk pada hubungan paradigmatik antar kata.
Contoh medan makna dari kata "Kampus"
Pengertian Kampus
Kampus adalah suatu wilayah yang dijadikan sebagai tempat pendidikan,
penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Kampus biasanya terdiri dari berbagai
bangunan, seperti gedung perkuliahan, laboratorium, perpustakaan, dan lain-lain.
Medan Makna Kampus:
a. Nama Tempat Pendidikan:
Contoh: "Universitas", "Institut", "Sekolah Tinggi", "Akademi" - Semua kata ini
berada dalam medan makna "kampus".
b. Nama Bangunan:
Contoh: "gedung perkuliahan", "gedung laboratorium", "gedung perpustakaan",
"gedung olahraga" - Semua kata ini berada dalam medan makna "kampus".
c. Nama Organisasi:
Contoh: "dosen", "mahasiswa", "staf", "karyawan" - Semua kata ini berada dalam
medan makna "kampus".
d. Nama Acara:
Contoh: "serah terima jabatan", "pembukaan semester", "pembukaan tahun
akademik", "pembukaan konferensi" - Semua kata ini berada dalam medan
makna "kampus".
e. Nama Fungsi:
Contoh: "kuliah", "penelitian", "pengembangan", "pembelajaran" - Semua kata
ini berada dalam medan makna "kampus".
Jadi kata-kata tersebut, seperti gedung perkuliahan, mahasiswa, dosen,
pembukaan tahun akademik semuanya masuk ke medan makna “kampus” karena
mempunyai hubungan konseptual.
Perbedaan Utama
1. Struktur dan Hierarki
- Hiponim dan hipernim menggambarkan hubungan hierarkis atau tingkatan di mana
hiponim adalah bagian dari hipernim. Hiponim lebih spesifik, sedangkan hipernim lebih
umum.
- Medan makna tidak selalu hierarkis. Ini lebih tentang pengelompokan kata-kata yang
berbagi hubungan makna dalam satu domain atau tema tertentu tanpa memandang
hierarki.
2. Contoh Relasi
- Hiponim dan hipernim: "Apel" adalah hiponim dari "buah" (hipernim).
- Medan makna: Kata-kata seperti "apel," "pisang," "jeruk," dan "mangga" semuanya
termasuk dalam medan makna "buah-buahan."
3. Tujuan dan Penggunaan
- Hiponim dan hipernim sering digunakan untuk menunjukkan spesifisitas
(kekhususan) dan generalisasi (keumuman) dalam makna kata.
- Medan makna digunakan untuk memahami bagaimana kata-kata dalam suatu bahasa
saling berhubungan secara konseptual dalam satu area atau tema tertentu.
Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa lebih baik dalam menganalisis bagaimana
kata-kata berinteraksi dan berhubungan dalam suatu bahasa, baik dari segi spesifisitas
maupun dari segi konseptual.
Kesimpulan
Studi tentang relasi makna dalam ilmu semantik mengungkapkan kompleksitas dan
keberagaman cara di mana kata-kata saling terhubung dalam bahasa. Ada berbagai jenis
relasi semantik yang memengaruhi cara kita memahami makna kata, seperti homonim,
homofon, homograf, polisemi, sinonim, antonim, hiponim dan hipernim, redundansi, dan
ambiguitas. Homonim merujuk pada kata yang sama lafal dan ejaannya, tetapi berbeda
makna. Homofon merujuk pada kata yang sama lafalnya dengan kata lain, tetapi berbeda
ejaan dan maknanya. Homograf merujuk pada kata yang sama ejaannya dengan kata lain,
namun berbeda lafal dan maknanya. Polisemi merujuk pada kata yang bermakna lebih
dari satu, tetapi makna-makna tersebut saling berdekatan. Sinonim merujuk pada kata
yang bermakna mirip atau sama dengan kata lain. Antonim merujuk pada kata yang
kebalikan makna dengan kata lain. Hiponim dan Hipernim merujuk pada relasi makna
yang bersifat hierarki, seperti "A merupakan bagian dari B". Ambiguitas merujuk pada
kegandaan makna dalam frase atau kalimat. Dalam mempelajari relasi makna muncul
pertanyaan mengenai perbedaan medan makna dengan hiponim dan hipernim. Setelah
dipelajari lebih lanjut penulis menemukan beberapa perbedaan mendasar yaitu, pada
Struktur dan Hierarki, Contoh Relasi, dan pada Tujuan dan Penggunaan. Melalui adanya
review ini, memahami relasi semantik membantu kita mengklasifikasikan kata-kata ke
dalam kelompok-kelompok yang lebih besar dan memahami bagaimana makna sebuah
kata dipengaruhi oleh konteks dan hubungannya dengan kata-kata lain dalam bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
KHUSNUL, FATONAH. “Relasi Makna Dan Perubahan Makna,” no. Psd 211 (2019):
0–20.
Nisa’, Khoirun. “Tuturan Ambiguitas Dalam Wacana Humor Waktu Indonesia
Bercanda: Kajian Pragmasemantik.” Bapala 5, no. 1 (2018): 1–8.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bapala/article/view/26182.
Novita, Grasela, Muhammad Lahir, and Eti Ramaniyar. “Medan Makna Peralatan
Rumah Tangga Tradisional Dalam Bahasa Dayak Belangin.” EduIndo: Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia 1, no. 1 (2020): 17.