Thursday, 4 April 2019

Membangkitkan Geliat Sastra Arab dengan Diskusi Karya

Dunia sastra ialah suatu tempat dimana semua bahasa dan ungkapan seolah memiliki kemerdekaannya sendiri untuk disampaikan. Ragam istilah yang terkadang menimbulkan dwi makna membuat samudera kesusasteraan tak akan ada habisnya jika diselami. Pasalnya, kesusasteraan ini merasuk pada budaya dalam suatu kumpulan atau masyarakat tertentu yang sudah mendarah daging, bahkan tidak diketahui kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana asal mulanya.

Sastra menjadi kajian yang sangat seksi dan eksklusif untuk dibahas. Bahasanya yang luas, mendayu-dayu, sarkas, bahkan tak jarang kontroversial, membuat siapa saja bergairah untuk tenggelam dalam alurnya. Sebagaimana Sastra Arab yang notabene berpusat di Negara Timur Tengah, yang juga dikenal dengan religiusitas pada mayoritas masyarakatnya.

Entah kapan tepatnya Sastra Arab sendiri masuk ke Indonesia. Karena menurut sejarah, ketika negara-negara asing masuk ke Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan dulu, bersama itu pula bahasa, budaya, agama, dan hal-hal yang dibawa mereka turut masuk juga ke Indonesia. Itu artinya, tak hanya Sastra Arab saja yang tumbuh subur dan mewarnai Nusantara ini dengan bahasa-bahasanya yang indah. Adapun kajian sastra dari negara-negara lain semisal Inggris, Perancis, Belanda, Jepang, dan lain sebagainya juga dikaji dalam banyak kumpulan bahkan menjadi salah satu program studi di universitas-universitas ternama.

Geliat Sastra Arab di Lingkungan IAIN Salatiga
Membangun Karakter Bangsa Berbasis Sastra merupakan judul yang diangkat dalam Diskusi Sastra perdana yang digagas oleh Divisi Kemahasiswaan HMPS Bahasa dan Sastra Arab IAIN Salatiga. Dalam kegiatan tersebut, turut mengundang pula Angga Mustaka Jaya Putra, S.Hum sebagai pemateri. Selain itu, beliau termasuk menjadi salah satu lulusan pertama dari 8 lulusan lain di jurusan Bahasa dan Sastra Arab di IAIN Salatiga. Karena itu pulalah, kegiatan Diskusi Sastra perdana ini menjadi sangat eksklusif dan akan diagendakan menjadi kegiatan rutin HMPS BSA dalam satu bulan sekali.
Dok. Pribadi

Kegiatan diskusi ini berlangsung pada Kamis, 28 Maret 2019 dari pukul 14.00 –WIB sampai selesai. Sedangkan ruangan tempat pelaksanaannya ialah di Sekretariat HMPS. Adapun untuk pesertanya sendiri tidak terbatas pada mahasiswa BSA saja, melainkan terbuka untuk umum dan tentu saja gratis.

Maksud dan tujuan diadakannya kegiatan Diskusi Sastra ini ialah untuk menghidupkan minat mahasiswa BSA pada khususnya untuk lebih mendalami serta mengkaji jurusannya sendiri. Selain itu, juga untuk meningkatkan geliat sastra yang mulai menapaki langkah demi langkah kebangkitannya di kampus IAIN Salatiga itu sendiri.

Dok. Pribadi
Dalam diskusi tersebut, pokok bahasan yang diangkat ialah tentang sebuah novel terjemahan bahasa Arab yang berjudul “عذراء جكرتي” atau dalam versi bahasa Indonesia diartikan dengan “Gadis Jakarta”. Novel tersebut merupakan buah karya Najib Al-Kailani (1931-1995), seorang sastrawan Timur Tengah yang terkemuka oleh tulisan-tulisannya yang tersebar dalam berbagai genre. Selain novel, Najib Al-Kailani juga menulis beberapa antologi puisi, cerpen, bahkan karya-karya ilmiah dalam bidang kedokteran, keagamaan dan politik.
google.com
Novel ini menceritakan tentang kondisi pergolakan politik Indonesia tahun 1965. Tokoh utama dalam novel ini ialah seorang gadis bernama Fatimah, selaku putri ketua Masyumi. Cerita yang dipaparkan penulis ialah tentang perjuangan Fatimah dalam membebaskan ayah dan kekasihnya yang ditahan oleh PKI, karena menentang haluan ideologi partai tersebut. PKI (Partai Komunis Indonesia) demikian menguasai percaturan politik Indonesia ketika itu, mereka menggunakan berbagai cara untuk mencapai cita-cita. Namun kegigihan Az-Zaim (ketua partai) kandas oleh kegigihan seorang gadis muda. Karena cintanya ditolak, Az-Zaim nekat menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan Fatimah, termasuk menculik dan memenjarakan sang ayah serta kekasih Fatimah.

Gadis Jakarta juga disebut novel sejarah, karena menceritakan babak demi babak pergolakan politik, yang menurut setting cerita ini adalah pemberontakan PKI. Penulis menggunakan berbagai simbol untuk memperkuat ide cerita, namun kesan romantis dari sebuah novel tersebut tetap terjaga dengan baik. Novel ini disusun dengan bahasa yang ciamik dan dikemas dengan kondisi Indonesia yang sedemikian rupa pada saat itu.
google.com
Kedekatan ideologis antara Indonesia dan Mesir telah mengilhami penulis, layaknya kedekatan ideologi Masyumi dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Pada akhir dari diskusi tersebut, sastra menjadi sangat penting digunakan untuk menyampaikan pesan dengan bahasa yang lebih indah daripada bahasa biasa. Lebih dari itu, penekanan juga disampaikan oleh pemateri kepada seluruh peserta, khususnya mahasiswa BSA untuk memperbanyak wawasan serta kosa kata baru melalui kegiatan literasi, serta diskusi seperti ini.

Oleh : Risma Ariesta
Penulis merupakan mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab Semester 2 IAIN Salatiga. Salah satu santri Ma’had Al-Jami’ah Putri IAIN Salatiga yang menyukai menulis sejak SMP, kemudian meyakini passion atau panggilan hidupnya ada pada segala sesuatu yang berkaitan dengan kepenulisan.
Daftar Pustaka :

No comments:

Post a Comment

Kegiatan Rutin Khotmil Qur'an Di Lingkungan Kampus 2 UIN Salatiga

Salatiga- Selasa pagi, tanggal 25 Febuari 2025, Masjid At-Thoyyar yang terletak di kampus 2 UIN Salatiga ramai dengan antusias mahasiswa un...