Malam ini hening, tiba-tiba saja kedua mataku membasah karena sesuatu. Padahal, kupikir tak ada sesuatu yang menyedihkan, atau hal-hal aneh yang kurasakan. Aku tidak sedang putus cinta atau bertengkar dengan temanku, atau mendapat nilai buruk di salah satu mata kuliah. Tidak. Kupikir aku tak memiliki masalah cukup serius hingga membuatku menangis. Tapi entah kenapa, aku menangis! Seolah sesuatu entah apa mengaduk-aduk emosiku, sehingga membuat air mata di kedua mata ini mengalir dengan derasnya.
Lama aku mencari penyebab apa yang membuatku jadi seperti ini. Sebenarnya aku kenapa? Lantas, aku teringat pada sya’ir bahasa Arab yang kini mengalun pelan di telinga hingga memenuhi kepalaku. Melalui headset yang kini terpasang, didukung oleh heningnya malam dan dinginnya suasana, semakin aku menikmati suara merdu pelantunnya, semakin aku menangis. Padahal, sejauh ini aku bahkan tak mengerti apa makna dari sya’ir tersebut. Tidak pula tahu siapa penyanyinya. Tapi yang jelas, sya’ir ini berjudul “Ilaika” karya Imam Syafi’I yang kuunduh beberapa bulan lalu.
Walaupun tercatat sebagai mahasiswa Sastra Arab di salah satu universitas Islam di Salatiga, aku belum juga memahami bahasa Arab secara utuh dan mendalam. Kupikir aku tersesat masuk ke jurusan ini. Namun di sisi lain, aku percaya bahwa tentu saja ada campur tangan Tuhan yang menginginkan suatu kebaikan untukku nantinya.
Namun demikian, siapa yang tidak mengenal Imam Syafi’i? Kurasa semua orang yang memeluk agama Islam bahkan mungkin yang tidak pun, mengenal beliau sebagai ulama madzhab terkemuka, khususnya di Indonesia. Samudera keilmuannya sangat luas, akhlaqnya luar biasa, namun rendah hati serta tawadhu’nya kepada Allah juga tak kalah mengagumkan. Adalah "أِليك"salah satu sya’ir yang sekaligus menjadi wasiat terakhir beliau. Pada akhirnya, aku baru sadar bahwa sya’ir inilah yang membuat malamku basah karena air mata.
Siapa yang tidak menangis tersedu ketika membaca, apalagi meresapi secara mendalam makna sya’ir yang dituliskan oleh Imam Syafi’I tersebut? Bahkan, secara pribadi aku tidak kuat jika harus membacanya berkali-kali. Selain bait-baitnya sangat menampar, justru hal tersebut membuat air mata tak hentinya menetes, menangisi dosa-dosa yang selama ini dilakukan.
Berikut kutipan terjemahan sya’ir sekaligus wasiat terakhir Imam Syafi’I, yang penulis nukil dari berbagai sumber.
Diriwayatkan dari Imam al-Muzanniy (murid terdekat Imam asy-Syafi’i), dia bertutur: “Aku membesuk asy-Syafi’I ketika beliau ditimpa sakit yang mengantarkannya pada ajal. Aku pun berkata padanya: ‘Bagaimana keadaanmu wahai guru?’
Beliau menjawab: ‘Keadaanku layaknya seseorang yang akan pergi meninggalkan dunia, yang segera akan berpisah dengan saudara, yang sejenak lagi akan meneguk gelas kematian, yang akan bertemu dengan buruknya amalku, yang akan menghadap Allah. Aku tak tahu, apakah ruhku akan terbang melayang menuju surga, hingga aku pantas mengucapkan selamat padanya, ataukah akan terlempar ke neraka, hingga aku berbelasungkawa atasnya (dengan harapan akan ampunan-Nya)’. Kemudian beliau menengadahkan wajah ke langit, seraya bersenandung:
أِلَيْكَ
Kepada-Mu
أِليك أِله الخلق أرفع رغبتي
Kepada-Mu Tuhan sekalian makhluk, ku persembahkan rintihan harapanku
وأن كنتُ يا ذا المن والجودمجرما
Sekalipun aku seorang yang berdosa, wahai yang Maha pemberi dan Maha Pemurah
ولماقساقلبي وضاقت مذاهبي
Bilamana keras hatiku dan terasa sempit perjalananku
جعلت الرجامني لعفوك سلما
Kujadikan harapanku sebagai jalan untuk mengharapkan keampunan-Mu
فمازلتَ ذاعفوعن الذنب لم تزل
Engkau selalu member ampunan bagi dosaku yang tak henti-hentinya kulakukan
تجودوتعفومنة وتكرما
Kau berikan karunia-Mu dan ampunan-Mu sebagai anugerah dan kemuliaan
ألست الذي ربيتني وهديتني
Bukankah Engkau yang memelihara serta member petunjuk kepadaku
ولازلت مناناعليّ ومنعما
Dan selalu memberikan anugerah dan nikmat kepadaku
عسى علام الأِحسان يغفرزلتي
Semoga Dzat yang menguasai kebaikan mengampunkan kesalahanku
ويسترأوزاري وماقدتقدما
Dan menutup dosa-dosaku serta setiap perkara yang telah lalu
فأِن تعف عني تعف عن متمرد
Sekiranya Engkau ampunkan aku, Engkau ampunkan orang yang durhaka
ظلوم غشوم لايزايل مأتما
Kezaliman, penganiayaan yang tak akan terhapus di hari berhimpun kesedihan
وأِن تنتقم مني فلست بايس
Namun jika Engkau membalas siksa terhadapku, aku tidak akan berputus asa
ولوأدخلوانفسي بجرم جهنما
Sekalipun dosa-dosaku itu akan memasukkan diriku ke dalam neraka
فصيحاأِذاماكان في ذكرربه
Dia adalah seorang yang fasih ketika menyebut dan mengingati Rabbnya
وفيماسواه في الورى كان أعجما
Dan bilamana dia bersama selain Tuhannya di dunia ini dia membisu
يقول: حببي أنت سؤلي و بغيتي
Dia (Rasulullah SAW) berkata: Kekasihku, Engkaulah tempatku meminta dan berharap
كفى بك للراجين سؤلاومغنما
Cukuplah Engkau bagi yang berharap sebagai tempat bergantung dan memohon
أصون ودادي أن يدنسه الهوى
Kupelihara kasihku yang dicemari nafsu
وأحفظ عهدالحب أن يتثلما
Dan kujaga kasih yang telah tercalar (rusak)
ففي يقظتي شوقاوفي غفوتي منى
Di saat ku terjaga, aku rindu dan di saat ku terlelap, aku berharap
تلاحق خطوي نشوة وترنما
Mengiringi langkahku dengan penuh semangat dan berulang-ulang
فجرمي عظيم من قديم وحادت
Sesungguhnya dosaku adalah besar sejak dulu dan kini
وعفوك يأتى العبدأعلى وأجسما
Namun (kutahu) keampunanm-Mu yang mendatangi hamba adalah lebih besar (agung) dan lebih mulia”
Melalui sya’ir ini, semoga kita semua bisa memetik pelajaran, bahwa hidup ini hanya semantara. Adalah bodoh jika kita mengisinya dengan berbuat maksiat dan dosa, tanpa diiringi dengan pertaubatan, sekalipun mengakui kebenaran itu pahit.
Akhir kata, terima kasih Ya Allah, telah membuatku menangis malam ini. Semoga kelimpahan dan berkah selalu atas Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman kelak.
Oleh : Risma Ariesta