Ira Andini
Apa pentingnya menulis? Menurut saya menulis memiliki peran yang sangat penting di dalam kehidupan. Mengapa begitu? Karena dengan menulis, atau kita menjadi penulis wawasan kita akan suatu hal itu lebih banyak, sehingga kita menjadi orang yang maju dan tidak keterbelakangan. Dan mungkin bagi sebagian orang dengan menulis akan melegakan isi hati, karena mencurahkan apa yang ada dalam pikiran dan isi hati ke dalam suatu tulisan. Akan tetapi tidak semua orang pandai dalam menulis seperti saya J. Karena saya tidak bisa menulis atau tidak pandai dalam menuli, karena yang pertama : saya sangat malas dalam mengumpulkan fakta atau data-data untuk referensi dalam menulis, kedua : saya tidak mahir mencurahkan apa yang ada dalam fikiran saya ke dalam sebuah tulisan, dan yang ketiga atau terakhir sebenernya masih banyak alasannya sih, tapi aku jelasin tiga aja yaa hehe yaitu : karena saya sulit untuk merangkai sebuah kata-kata dan tidak percaya diri. Dan itu semua beberapa hambatan untuk saya menulis.
Bagaimana caranya agar saya bisa menulis? Bermula dari diri saya sendiri, seharusnya saya harus bisa merubah
mindset, atau pola fikir saya terlebih dahulu, yang selalu berfikir saya tidak
bisa harus saya ubah menjadi SAYA PASTI BISAJ. Karena jika
saya tidak merubah pandangan saya, maka entah sampai kapanpun itu mungkin saya
tidak akan pernah legaL.
Untuk menulis kemudian saya harus memilih, atau mencari lingkungan yang
nantinya akan selalu mendukung saya untuk selalu semangat untuk menulis. Nah
yang paling penting adalah saya harus berani, atau percaya diri untuk mencoba
apapun rintangannya yang memang harus dilalui. Kemudian, saya juga harus lebih
sering mengikuti seminar-seminar kepenulisan seperti sekarang ini wahh senang
sekali hehehe, tidak hanya semianr, saya juga harus sering-sering ikut latihan
kepenulisan supaya bisa, tidak hanya mengikuti saja tapi saya juga harus sering
berlatih, dan mencoba.
Harapan saya ketika bisa menulis yaitu dengan tulisan saya nanti bisa bermanfaat untuk para pembaca, dan juga bisa mengedukasi mereka aamiin. Dan harapan saya juga saya bisa setiap hari bisa menghasilkan tulisan-tulisan yang sangat mengispirasi bagi banyak orang aamiin.
Mukti
Satu tahun berlalu sudah menjalani perukuliahan, diperkenalkan
dengan tulisan. Aku tak tahu, apa bagusnya menulis? Buat apa? Hah, tidak
penting. Dalam satu tahun berjalan, mungkin sudah tak terhitung berapa kali
workshop, seminar, bedah buku, atau yang lainnya sudah aku ikuti. Aku tidak
menemukan motivasi yang tepatuntuk menulis. Ada kata-kata yang pernah aku dengar
“Menulislah, maka kau akan dikenal dunia, Membacalah, maka kau akan mengenal
dunia”. Dikenal dunia? Sama sekali bukan tujuan hidupku, buat apa dikenal oleh
dunia? Apa pentingnya? Mungkin penting bagi orang lain, tapi tidak untukku. Ada
juga sebuah pepatah yang mengatakan “Menulislah, maka kau akan abadi dengan
tulisanmu, kau akan terkenal”. Terkenal sama sekali bukanlah tujuan hidupku.
Setelah sekian
lama berfikir panjang, mengenai motivasi menulis, akhirnya aku menemukannyaJ. Aku memandang kepada mereka para Ulama’ terdahulu dari
kitab-kitab yang telah mereka ciptakan. Tentu saja dari tulisan mereka, aku
melihat bagaimana tulisan-tulisan mereka dipakai dalam tiap kajian pesantren,
bermanfaat bagi generasi penerusnya. Aku menemukannya, menulis bukan untuk
dikenal, tapi untuk menebarkan manfaat. Tapi aku bukan ulama? Yaa terserahlah,
tapi aku akan tetap menulis!!!
Bagaimana agar saya bisa menulis? Jawabannya adalah : Mulai!!! Mulailah untuk menulis, terserah apa
saja, aku tak peduli bagaimana dengan komentar orang lain. Terserah mereka, ini
tulisan saya. Kalo tidak suka, ya tidak usah dibaca. Saya harus produktif,
setiap hari saya jadwalkan untuk menulis, entah malam hari, pagi hari, bahkan
senja. Setiap hari adalah menulis. Namun sayang, kadang saya diporakporandakan
oleh rasa malas, sungkan, dan bingung apa yang akan saya tulis. Dengan itu maka
saya harus mengatasinya dengan membaca, membaca apa saja bukan hanya buku, tapi
juga membaca bagaimana orang berbicara, membaca bagaimana burung-burung
bercuit, membaca bagaimana bunga-bunga bermekar ria, membaca bagaimana
sepatuber detak, dan lain sebagainya.
Siti Syaidatul Munasyaroh
“Ojo mati tanpa aran”. Begitulah pesan semar, atau jika
diterjemahkan “Jangan mati tanpa sebuah karya”. Seminggu berlalu, aku hanya
termenung memikirkan peribahasa atau pesan yan disampaikan oleh semar tersebut.
Yahh benar aku sangat gila untuk bisa menulis, tetapi tidak ingin menjadi
penulis hehe. Karena menulis adalah sebuah hal yang menurut saya sangat pentin
dalam segala hal. Beberapa kali saya mengikuti seseorang di media sosial hanya
untuk membaca kisah-kisah atau cerita receh yang disajikan dalam beranda media
sosial mereka dengan bahasa yang luwes, dan pastinya bisa menggelitik pembaca,
jika memang berupa sebuah lawakan.
Bagaimana agar aku bisa menulis? Dalam
paragraf sebelumnya, saya sudah menuliskan bagaimana cara saya agar bisa
menulis. Yakni, dengan membaca beranda, atau story yang ditulis seseorang di
media sosial. Setelah itu, saya beberapa kali juga menceritakan suatu hal yang
telah saya baca dari teman saya itu. Sebuah kisah yang mestinya pernah saya
lakui sendiri. Biasanya saya menuliskan cerita-cerita itu di story wa, karena saya
belum terlalu percaya diri jika terlalu banyak orang yang membaca cerita saya
di facebookJ. Biarpun sebenernya aku lebih sering aktif di facebook si hehehe.
Tapi yaa gitu deh, rasa percaya diri itu masih rendahL. Sampai suatu ketika pada timeline teman saya ada yang menuliskan,
bahwa ia juga bertanya-tanya. “Apakah setiap tulisan harus selalu punya pesan
moral? Tidak bolehkan ia murni cerita?. Dan itulah yang saya rasakan sekarang
juga.
Harapan saya ketika saya bisa menulis saya hanya ingin tulisan tersebut enak dibaca oleh siapapun,
renyah, luwes, dan tidak muluk-muluk untuk menggurui siapapun. Entah
menginspirasi orang lain atau tidak. Tetapi saya ingin menulis sesuai cerita
yang pernah saya alami, dan mampu memngembangkannya menjadi sebuah cerita yang
mungkin ketika orang lain membaca tulisan saya seakan-akan orang tersebut juga
mengalami apa yang telah saya tuangkan didalam cerita tersebut.