![]() |
Dok. Pribadi |
SALATIGA- Kitab kuning adalah buku wajib yang harus dipelajari umumnya oleh para
santri di pondok pesantren, yang di dalamnya berisi huruf-huruf Arab gundul
tanpa harokat. Secara keseluruhan, kitab kuning memang dibuat sedemikian rupa
adanya, karena merupakan karya otentik dari para ulama terdahulu.
Namun demikian, kadang hanya pondok pesantren salaf atau
tradisional yang menggunakan kitab ini sebagai kurikulum wajibnya. Sedangkan untuk
pondok pesantren modern, metode yang digunakan sudah berbeda lagi.
Salah satu kitab yang terkenal di kalangan santri ialah Ta’limul
Muta’alim karangan Imam Az-Zarnuji. Pembahasan di dalamnya mencakup adab
seorang penuntut ilmu, adab menghargai ilmu, memuliakan buku serta guru, tata
cara belajar, dan banyak lagi. Kitab tersebut meskipun tak terlalu tebal, namun
kaya akan pelajaran-pelajaran berharga yang harus dimiliki para penuntut ilmu.
Hal inilah yang mendorong sebagian mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab
IAIN Salatiga untuk mengadakan kajian yang mengupas isi kitab beserta nahwu dan
shorof yang terdapat di dalamnya. Krismo Aji (BSA B ‘18) selaku anggota Himpunan
Mahasiswa Program Studi (HMPS) dari divisi minat bakat, merupakan penggerak
sekaligus penggagas dari kajian kitab Ta’limul Muta’alim ini.
Meskipun baru terlaksana sebanyak dua kali pertemuan, rencananya
kajian kitab ini akan diadakan secara rutin guna memberi ruang yang lebih
kepada para mahasiswa BSA saling berbagi ilmu dan menghidupkan jiwa mahasiswa
yang sebenarnya. Acara yang diadakan pada Senin 25 Maret 2019 pukul 13.00 itu
rencananya akan dirutinkan pula pada waktu, hari, serta ruang yang sama setiap
minggunya.
Bertempat di ruang D1, gedung D, Kampus 2 IAIN Salatiga, pembahasan
materi yang dikupas ialah tentang banyaknya penuntut ilmu pada zaman dahulu
yang sudah bersungguh-sungguh dalam memuntut ilmu, namun belum mampu
memanfaatkan ilmunya dengan baik. Sehingga, tidak mendapatkan buah atau manfaat
dari ilmunya itu. Karena puncak sebuah ilmu dikatakan berguna untuk sang
penuntutnya ialah ketika ilmu itu diamalkan serta dikembangkan tanpa menyalahi
jalan dan meninggalkan beberapa syarat ketika mencari ilmu.
“Barangsiapa yang salah jalan maka dia akan sesat dan tidak
mendapatkan tujuan atau maksudnya.” – Ta’limul Muta’alim, Imam
Az-Zarnuji.
Tak sampai di situ saja, materi selanjutnya disambung dengan
penyampaian kandungan-kandungan nahwu dan shorof yang ada dalam setiap baris Ta’limul
Muta’alim. Irvan Muhammad Faza (BSA B ‘18) menjadi pemateri yang
menerangkan tentang kandungan nahwu dan shorof kepada seluruh peserta yang
hadir.
Harapannya, melalui kegiatan ini akan semakin menghidupkan semangat
para mahasiswa BSA untuk tetap betah di jurusannya. Selain itu, tujuan terbesarnya
ialah supaya mampu menghasilkan mahasiswa BSA yang benar-benar memahami mata
kuliah dari jurusan yang diambilnya.
“Semoga melalui kegiatan kajian kitab ini, dapat menguatkan serta
menambah keyakinan para mahasiswa BSA pada khususnya, untuk tetap berpegang
teguh di jurusan BSA dan tidak berniat untuk pindah jurusan,” kata Mohammad Rizal
Fadlillah (BSA B ‘17) selaku Ketua HMPS BSA 2019.